JUDUL PRAKTIKUM
“Identifikasi Asam Amino dan Protein Secara Kualitatif”
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan praktikum kali ini antara lain adalah menguji adanya asam amino dan
protein dengan menggunakan uji pengendapan, Biuret, Xantoprotein, Millon-Nasse,
Hopkins-Cole dan Sulfur Test.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat Praktikum
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
- Tabung reaksi
(10 buah)
- Rak tabung
reaksi
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Lampu buncen
- Penjepit
tabunng
- Gelas Beker
B.
Bahan Praktikum
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
- Putih telur
- Aquades
- Larutan HCl
- Larutan NaOH 1M
- Larutan Asam Nitrat pekat
- Larutan Ammonium Sulfat
- Larutan Asam Asetat encer
- Larutan NaOH pekat
- Larutan CuSO4 5%
- Larutan Asam Nitrat pekat
- Larutan Ammonia
- Reagen Merkuri Sulfat ( Merkuri Sulfat 1% dilarutkan dalam keadaa asam sulfat 10%)
- Larutan Formaldehid encer
- Larutan Asam Sulfat Encer
- Larutan NaOH 40%
- Larutan Pb-asetat
C.
Cara Kerja Praktikum
1. menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan untuk praktikum.
2. memasukkan putih telur ke dalam gelas
beker.
3. melakukan percobaan dimulai dari uji pengendapan, biuret, Xantoprotein,
reaksi Millon-Nasse, reaksi Hopkins-Cole, dan Sulfur Test.
a.
Uji Pengendapan
Tabung A
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
2ml aquades.
·
Mengocok
bahan putih telur dan aquades hhingga merata.
·
Menambahkan
tetes demi tetes larutan HCl 1ml hingga terbentuklah gumpalan putih.
·
Mencatat
banyak tetes HCl yang digunakan.
·
Menambahkan
larutan NaOH 1M sebanyak jumlah tetes
HCl yang digunakan.
·
Mengocok
tabung reaksi dan mengamati perubahan yang terjdai.
Tabung B
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabunng reaksi.
·
Menambahkan
1ml larutan asam nitrat pekat, sehingga terbentuk endapan putih yang tidak
larut dalam air.
·
Mengamati
perubahan yang terjadi pada larutan.
Tabung C
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
2ml aquades.
·
Memanaskan
tabung reaksi hingga mendidih.
·
Mengamati
gumpalan yang terjadi, kemudian dinginkan.
·
Mengamati
perubahan yang terjadi.
Tabung D
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
0,5ml larutan ammonium sulfat.
·
Mengamati
perubahan yang terjadi.
Tabung E
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
1 tetes larutan asam asetat encer, sehingga terbentuk endapan putih.
·
Menambahkan
aquades.
·
Mengocok
dan mengamati perubahan yang terjadi.
b.
Reaksi Biuret (Reaksi warna)
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
2ml aquades.
·
Menambahkan
3 tetes larutan NaOH pekat dan larutan CuSO4 5%.
·
Mengocok
tabung reaksi.
·
Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
c.
Xantoprptein
·
Memasukkan
1ml putih telur.
·
Menambahkan
2ml aquades.
·
Menambahkan
1ml larutan asam nitrat pekat.
·
Memanaskan
tabung reaksi hingga terbentuk endapan kuning.
·
Mendinginkan
tabung reaksi yang telah dipanaskan tadi kemudian membaginya menjadi 2 bagian.
·
Menambahkan
ammonia pada tabung 1, sedangkan tabung 2 dibiarkan (tanpa apa-apa).
·
Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
d.
Reaksi Millon-Nasse
·
Memasukkan
2ml aquades ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
1ml reagen Merkuri Sulfat (Merkuri Sulfat 1% dilarutkan ke dalam asam sulfat
10%)
·
Memanaskan
tabung reaksi hingga terbentuk endapan kuning.
·
Mendinginkan
tabung reaksi yang telah dipanaskan tadi di bawah air leding.
·
Menambahkan
1tetes larutan natrium nitrit 1%, kemudian memanaskannya lagi.
·
Menamati
perubahan yang terjadi.
e.
Reaksi Hopkiins-Cole (untuk triptopan)
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
1 tetes larutan formaldehid encer (1:500).
·
Menambahkan
1ml reagen Merkuri Sulfat.
·
Menggoyangkan
tabung rekasi kemudian menambahkan 1ml asam sulfat pekat perlahan-lahan melalui
dinding yang dimiringkann sehingga terbentuk 2 lapisan, dengan lingkaran ungu
di bidang atas.
·
Jika
tabung reaksi digoyangkan kembali maka seluruh larutan akan berwarna ungu.
f.
Sulfur Test
·
Memasukkan
1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·
Menambahkan
1ml larutan NaOH 40%.
·
Memanaskan
tabung reaksi selama 1menit untuk mengubah sulfur anorganik (Natrium Sulfida).
·
Menambahkan
Pb-asetat, maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna coklat atau hitam
dari PbS.
4. mencatat hasil yang diperoleh
dari praktikum yang telah dilakukan.
5. membuat laporan serta kesimpulan
dari hasil praktikum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
No.
|
Uji
|
Putih Telur
|
|
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
1.
|
Pengendapan
|
|
|
|
Tabung A
|
Kuning Bening
|
berubah menjadi
bening, endapan hilang
|
|
Tabung B
|
Kuning Bening
|
berubah menjadi
kuning, ada endapan
|
|
Tabung C
|
Kuning Bening
|
terdapat gumpalan
putih
|
|
Tabung D
|
Kuning Bening
|
warna putih
telur bertambah bening
|
|
Tabung E
|
Kuning Bening
|
warna putih
telur bertambah bening
|
2.
|
Biuret
|
Kuning Bening
|
berubah menjadi
ungu
|
3.
|
Xantoprotein
|
|
|
|
Tabung 1
|
Kuning Bening
|
terdapat endapan
|
|
Tabung 2
|
Kuning Bening
|
menggumpal, kuning
keruh
|
4.
|
Millon-Nasse
|
Kuning Bening
|
tidak terjadi
perubahan
|
5.
|
Hopkins-Cole
|
Kuning Bening
|
berubah menjadi
ungu
|
6.
|
Sulfur Test
|
Kuning Bening
|
berubah menjadi
hitam
|
B.
Pembahasan
ASAM AMINO
Asam amino adalah senyawa yang
memiliki gugus amino (-NH2) dan asam karboksilat (-CO2H) pada molekul yang sama. Tetapi bagi kimiawan
dan biokimiawan, istilah ini biasanya diartikan sebagai asam amino yang
terbentuk dan digunakan dalam makhluk hidup.
Asam amino alami membentuk
molekul besar (peptida) dan molekul yang lebih besar lagi (protein). Asam amino
yang saling berhubungan membentuk peptida.
Peptida adalah gabungan asam
amino yang gugus asam amino alfa dari satu asam bersatu dengan gugus
karboksilat alfa dari asam lain, melalui ikatan amida.
Ikatan amida yang terbentuk
menjadi peptida selalu berasal dari gugus asam amino alfa dan karboksilat alfa,
tidak pernah dari rantai samping. Asam amino lalin dapat ditambahkan lagi
melalui cara yang sama yang menghasilkan
rantai panjang.
Ikatan antara gugus karboknil
dari satu asam amino dan nitrogen berikutnya dalam rantai peptida disebut
ikatan peptida. Semua asam amino yang telah terikat dalam peptida dinamakan
residu asam amino.
Semua peptida yang mempunyai
lebih dari sepuluh residu asam amino adalah polipeptida. Sedangkan residu asam
amino dalam molekul polipeptida selanjutnya disebut runtunan asam amino dari
molekjul tersebut.
PROTEIN
Protein Melakukan banyak
fungsi penting dalam makhluk hidup
Menurut teori, proses penambahan asam amino pada
rantai peptida dapat berlangsung terus. Jika banyaknya residu asam amino lebih
besar dari sekitar 100, peptida dinamakan protein. Rata-rata molekul peptida
dari 100 residu asam amino berbobot molekul 10.000.
Protein dapat digolongkan berdasarkan fungsi
faalnya, antara lain sebagai berikut:
a.
Protein
sebagai pengangkut dan penyimpanan
Hemoglobin adalah protein yang
membawa oksigen melalui aliran darah dari jantung ke jaringan yang
memerlukannya untuk menghasilkan energi. Myoglobin menyimpan oksigen dalm otot sampai saat
diperlukan untuk menghasilkan energi. Protein lain juhga membantu pengangkutan
molekul melewati membran sel.
b.
Protein
sebagai pembentukan jaringan struktural
Protein
struktural adalah komponen penting dalam berbagai jaringan seperti gigi, kulit,
urat daging, dan rambut.
c. Protein sebagai katalis enzim
Katalis enzim adalah
segolongan besar protein yang mengkatalisis reaksi biokimia. Katalis
(katalisator) adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi
tapi ia sendiri pada akhir reaksi tak
mengalami perubahan kimia. Proses mempengaruhi kecepatan reaksi dengan
katalisator ini disebut katalisa (katalisis).
d.
Protein
sebagai penggerak
Pengerutan
dan pemanjangn otot diakibatkan oleh interaksi antara molekul protein khusus
yang menyusun serat otot.
e.
Protein
sebagai transmisi informasi
Protein
bertindak sebagai penerima impuls saraf dalam sistem saraf. Hormon melakukan
aksinya dengan berinteraksi dengan protein penerima pada permukaan sel. Protein
adalah penerima cahaya dalam fotosistesis.
f.
Protein
sebagai informasi genetik
Protein
reseptor menendalikan beberapa informasi yang terkandung dalam bahan warisan
(genetik) dalam waktu tertentu. Protein ini juga mengatur pertumbuhan sel dan
penggandaannya.
Konformasi Protein
Protein
sederhana adalah molekul yang semata-mata tersusun dari sebuah atau beberapa
rantai peptida.
Protein
terkonnjugasi adalah struktur yang juga
melibatkan bagian bukan protein yang disebut gugus prostetik. Gugus prostetik
sering kali berupa ion logam atau molekul organik kecil.
Rantai
peptida dari molekul protein yang sejenis selalu terlipat dengan cara yang
sama. Pelipatan rantai peptida membentuk molekul protein tertentu disebut
dengan konformasi rantai.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi konformasi protein antara lain hadirnya residu asam ammino
aromatik atau alifatik dalam rantai peptida, jembatan disulfida, ikatan ion (jembatan garam), dan ikatan hidrogen.
Denaturasi
Protein
mudah terdenaturasi
Protein yang terlipat ke dalam konformasi
rantai yang normal dan aktif secara faal dikatakan berada dalam keadaan alami.
Denaturasi terjadi ketika protein alami membentang akibat putusnya jembatn
disulfida atau terganggunya gaya tarik lemah.
Denaturasi
protein disebabkan adanya gangguan terhadap gaya lemah dan dalam beberapa hal
akibat putusnya jembatan sulfida.
Denaturasi
protein mungkin dapat balik dan mungkin juga tidak.
Protein
pada putih telur membentang dan membeku menjadi bahan serupa karet jika kita
merebus telur. Denaturasi ini dapat balik karena protein tersebut tidak mungkin
kembali ke keadaan semula.
Tidak
semua protein peka dengan panas. Termolisin adalah enzim pemotong protein dari Bacillus thermophroteolyticus yang hidup
di sumber air panas, tidak membentang meskipun dalam air mendidih. pH yang
ekstrem dan banyak bahan kimia, terutama pelarut organik dan larutan urea yang
pekat, juga dapat menyebabkan denaturasi tidak dapat balik, yaitu dengan
mengganggu gaya tarik yang lemah.
Pada
denaturasi yang dapat balik, protein membentang karena adanya senyawa
pendenatur seperti larutan urea pekat, tetapi kembali melipat setelah senyawa
tersebut tak ada. Denaturasi yang dapat atau tak dapat balik cukup beragam,
tergantung pada protein yang bereaksi dan keadaan reaksi.
Pembahasan Hasil Praktikum
- Uji pengendapan
a. Tabung A
Setelah 1 ml putih telur dan 2
ml aquades dicampurkan hingga merata kemudian diberi larutan HCl 1ml maka
terbentuklah gumpalan putih. Warna putih telur menjadi putih keruh.
Kemudian setelah ditambahkan
larutan NaOH 1M sebanyak jumlah tetes HCl maka
endapan yang ada menjadi hilang. Perubahn warna pada putih telur yang
berwarna putih keruh dengan adanya gumpalan putih berubah menjadi kuning
bening.
b.
Tabung
B
Setelah 1 ml putih telur dan 1
ml larutan asam nitrat dicampurkan maka terbentuklah endapan putih yang tidak
larut dalam air dan warna putih telur yang semula berwarna kuning bening
berubah menjadi warna kuning.
c.
Tabung
C
Setelah 1 ml putih telur
dicampurkan dengan 2 ml aquades, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan
setelah itu didinginkan maka terdapat gumpalan pada putih telur tersebut.
d.
Tabung
D
Setelah 1 ml putih telur
dicampurkan 0,5 ml larutan ammonium sulfat maka perubahan yang terjadi pada
putih telur yang semula berwarna kuning bening warnanya menjadi lebih bening
(bertambah bening / putih bening)
e.
Tabung
E
Setelah 1 ml putih telur
dicampurkan dengan 1 tetes larutan asam asetat encer, maka terbentuklah endapan
putih. Kemudian tambahkan aquades lalu kocok maka perubahan yang terjadi adalah
warna menjadi bertambah bening / putih bening.
Perubahan yang terjadi pada
uji pengendapan ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein.
- Reaksi Biuret (Reaksi warna)
Setelah 1 ml putih telur
dicampurkan dengan 2 ml aquades serta dengan menambahkan 3 tetes larutan NaOH
pekat dan CuSO4 5%, maka yang terjadi setelah campuran tersebut di kocok adalah
perubahan warna yang dari semula berwarna kuning bening menjadi warna ungu yang
membuktikan bahwa putih telur mengandung protein.
- Xantoprotein
Setelah 1 ml putih telur
dicampurkan dengan 2 ml aquades, serta menambahkan 1ml asam nitrat pekat
kemudian memanaskannya, perubahan yang terjadi adalah terdapatnya endapan putih
pada putih telur tersebut.
Namun setelah putih telur yang
tadi didinginkan dan ditambahkan dengan ammonia maka perubahan yang terjadi
adalah terdapatnya endapan dan warnanya menjadi kuning keruh. Perubahan yang
terjadi ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein.
- Reaksi Millon-Nasse (untuk tirosine)
Setelah memanaskan campuran 2
ml aquades dengan 1 ml reagen Merkuri Sulfat (Merkuri Sulfat yang dilarutkan ke
dalam asam sulfat 10%) yang kemudian didinginkan di bawah air leding yang
kemudian ditambahkan larutan Natriun Nitrit 1 % lalu dipanaskan kembali maka
berdasarkan dengan percobaan yang kami lakukan adalah tidak terjadi perubahan
pada campuran larutan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan kekeliruan saat
melakukan praktikum.
- Reaksi Hopkins-Cole (untuk triptopan)
Setelah mencampurkan 1 ml putih telur dan 1 tetes
larutan foraldehid encer (1:500) lalu menambahkan dengan 1 ml reagen Merkuri
sulfat. Kemudian tambahkan 1 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui
dinding yang dimiringkan sehingga terbentuk 2 lapisan dengan lingkaran ungu di
bidang batas. Dan jika digoyangkan maka seluruh larutan akan berwarna ungu.
Perubahan ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein dalam jenis
triptopan.
- Sulfur Test
Setelah memanaskan campuran 1 ml putih telur
dengan 1 ml NaOH 40% selama 1 menit untuk mengubah sulfur organik menjadi
sulfur anorganik (Natrium Sulfida), kemudian campuran tadi ditambahkan kembali
dengan Pb-asetat maka perubahan yang terjadi adalah dari putih telur yang semula
berwarna kuning bening berubah menjadi warna hitam (dari PbS). Perubahan ini
menunjukkan bahwa putih telur mengan dung protein.
Asam amino adalah biomolekul kecil (BM
sekitar 135) dan memiliki struktur yang terdiri dari gugus asam karboksilat dan
gugus amina. Struktur asam amino dapat digambarkan sebagai berikut :
R – CH
– COOH
|
NH2
Gugus NH2 disebut juga
gugus amino alfa dan atom C
merupakan karbon alfa. R merupakan rantai samping yang mempengaruhi perbedaan
sifat asam amino Asam amino dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui ikatan
peptida. Selain itu, terdapat pula gugus-gugus lain yang menyebabkan adanya
berbagai macam protein dalam organisme yang semuanya disintesis berdasarkan
sandi genetik yang terdapat dalam kromosom. Sandi genetik ini menentukan urutan
asam amino yang terkandung dalam molekul protein. Asam amino yang mempunyai
rantai samping dibedakan menjadi tujuh macam yaitu:
- Rantai samping
alfatik contohnya adalah alaninia, valina, leusina, isoleusina dan prolin
- Rantai sampinag
aromatik contohnya adalah fenilanalina, tirosina dan triptofan
- Rantai samping asam
contihnya adalah asam aspartat dan glutamat
- Rantai samping
amida contohnya adalah aspragina
dan glutamina masing-masing adalah amida dari aspartat dan glutamat
- Rantai samping
basa, tiga asam amino yang mengandung nitrogen yaitu arginina, lisina dan
histidin
- Rantai samping
mengandung balerang contohnya adalah metionina dan sistena
- Rantai samping
hidrosklik, asam amino dalam golongan ini adalah asam amino yang gugus
Rnya memiliki ikatan polar C-O, C-N, O-H yaitu glisin, serin, treonin,
sisteina, tirosin, asam glutamat, saparagina. Glutamina, arginina, lisina
dan histidin.
Menurut polaritas molekulnya
asam amino dibedakan atas asam amino polar dan asam amino non polar.
- Asam
amino polar
Asam amino polar adalah asam
amino yang gugus Rnya memiliki ikatan polar C-O, C-N dan O-H yaitu glisin,
serin, treonin, tirosina, asam glutamat asparagina, glutamina, arginina, lisina
dan histidin
- Asam
amino non polar
Asam amino non polar adalah
asam amino yang gugus R nya memiliki
ikatan non polar C-C, C-H yaitu alanina, valin, leusin, isoleusina, metionina,
fenilanalina,triptofan dan prolin.
Asam amino membentuk garam internal
yang disebut ion zwitter. Proton yang lemah dari asam karboksilat mudah
dialihkan kepada gugus asam amino, yaitu basa lemah, sehingga terbentuklah
garam internal. Dalam wujud padatan murni dan dalam larutan berair di sekitar
pH netral, asam amino hampir seluruhnya berada sebagai ion zwitter
Protein merupakan senyawa makromolekul
yang terdiri dari satuan-satuan asam amino dengan ikatan peptida. Protein ditemukan di dalam semua sel dan
semua bagian sel. Protein merupakan instrumen molekuler yang mengekspresikan
informasi genetik dan mempunyai berbagai peranan biologis seperti katalisator,
transpor, nutrien dan penyimpan, kontraksi, peranan struktural, proteksi,
pengatur, regulasi, hormonal dan pengaturan gen.
Protein mempunyai struktur yang unik
(khas) dan berat molekul yang spesifik. Meskipun demikian, protein sangat sukar
dimurnikan karena protein terdapat dalm bentuk kompleks bersama lipda dan karbohidrat,
juga sebagai campuran dengan protein lainnya.
Fektor tambahan lain yang membuat
protein sukar dimurnikan yaitu mudah sekali rusak oleh panas, asam, basa dan
pelarut organik. Bila suatu protein bentuk alamiahnya sudah rusak dikatakan
bahwa ia terdenaturasi. Protein yang
terdenaturasi masih mengandung urutan asam amino yang asli tetapi kehilangan
struktur tiga dimensinya yang unik (khas) dimana kerapkali terletak aktifitas
biologisnya. Beberapa protein dapat dikembalikan kebentuk aslinya apabila lingkungan
asalnya dikembalikan kebentuk aslinya apabila lingkungan aslalnya dikembalikan
tetapi tidak semua protein mempunyai sifat seperti ini.
Protein mempunyai klasifikasi
yang dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu protein serat, protein bujur telur dan protein gabungan.
Protein serat adalah bentuk protein
yang tidak larut ditemukan dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang.
Protein ini dapat dibagi lagi menjadi collagen yaitu protein pokok dari
jaringan pengikat, tulang, gigi dan tendon; dan keratin protein pokok dari
kulit, kuku, sayap dan rambut.
Protein bujur telur bentuknya bujur
telur atau bulat lonjong. Umumnya(tetapi tidak selalu) larut dalam air/ protein
ini lebih mudah diklasifikasi menurut fungsimga dengan menggunakan klasifikasi
yang lebih modern contohnya pada enzim atau hormon.
Protein gabungan adalah protein yang
bergabung dengan senyawa bukan protein. Misalnya protein dalam hemoglobn
bergabung dengan besi yang mengandung heme bukan protein. Protein gabungan yang
khas lainnya adalah nukleoprotein (protein yang bergabung dengan asam nukleat),
mukoprotein (protein yang bergabung dengan polisakarida dan mukus) dan
lipoprotein (protein yang bergabung dengan lipid lipid seperti kolesterol).
Protein
merupakan senyawa penting yang sangat berperan dalam proses penurunan sifat
terhadap keturunan. Oleh karenanya, jika ada kesalahan dalam menterjemahkan
asam amino-asam amino dari triplet basa DNA, maka akan terjadi kelainan atau
penyakit bawaan, semisal Osteogenesis Imperfecta.
Pada
15% kasus Osteogenasis Imperfecta, tidak ditemukan mutasi kollagen. Hal
tersebut mengidentifikasikan adanya kelainan yang disebabkan oleh gen-gen yang
lain. Gen yang lain tersebut diidentifikasi sebagai CRTAP, gen yang dikode oleh
protein esensial pada modifikasi kolagen tipe I dan tipe II.
Di
samping merupakan senyawa penting yang sangat berperan dalam proses penurunan
sifat, protein, khususnya yang terdapat di dalam urin, merupakan salah satu
variabel dari Baseline. Variabel-variabel
yang lainnya antara lain adalah umur, jenis kelamin, tekanan darah, dll.
Di
alam bebas, banyak sekali ditemukan berbagai jenis protein, di antaranya adalah
protein C aktif. Protein C tersebut diaktifkan oleh trombin yang merupakan
produk koagulasi cascade ke
reseptornya, trombo modulin, di salah satu permukaan glomerular endothelial
sel. Ultrafiltrat darah memproduksi dinding kapiler glomerular yang terbuat
dari endothelial sel, basement membran, dan glomerular epithelial sel.
Pada
penderita diabetes nephropathy, produksi protein C aktif di glumerulus tidak
normal. Hal tersebut disebabkan hiperglisemi-induksi repression dari ekspresi
thrombo modulin. Fungsi aktif dari protein C aktif berdampak pada permeabilitas
dinding kapiler glomerulus, lebih relevan jika disebut patopsikologidari
diabetes nephropathy.
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1.
Reaksi Molisch akan
mengidentifikasi adanya setiap jenis karbohidrat, baik aldosa maupun ketosa, ditandai dengan adanya
cincin berwarna ungu.
2.
Reaksi Benedict bereaksi
positif terhadap glukosa dan fruktosa, ditandai dengan adanya endapan.
3.
Reaksi Seliwanoff bereaksi
positif terhadap fruktosa dan sukrosa, namun bereaksi negative terhadap
glukosa.
4.
Reaksi Tollens bereaksi posiitif
jika terdapat semacam cincin perak pada dinding tabung. Cincin perak tersebut
merupakan hasil dari reaksi oksidasi Ag+
B.
SARAN
Mengingat banyaknya percobaan yang dilakukan, maka akan
lebih baik jika alokasi waktu yang disediakan lebih banyak, sehingga dapat
dilakukan pengulangan percobaan jika didapatkan hasil yang kurang meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fessenden Ralph J. and Fessenden Joan S. Dasar-Dasar Kimai Organik. Jakarta : Binarupa
Aksara, 1997.
2. Wilbraham Antony, C and Matta Michael S. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB,
1992.
3. Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat. Buku Ajar Kimia
Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM, 2009.
4. The ESCAPE Trial Group et Strict
Blood-Preassure Control and Progression of Renal Failure in Children. N
ENGL J MED 361;17. 2009. 1639-1650.
5. Gilbert, Richard E. et Activated
Protein C and Diabetic Naphropathy. N ENGL J MED 358;15. 2008. 1628-1630.
6. Barnes, Aileen M. et Deficiency
of Cartilage-Associated Protein in Recessive Lethal Osteogenesis Imperfecta. N
ENGL J MED 355;26. 2006. 2757-2764.