JUDUL PRAKTIKUM
“IdentifikasI Lemak dan Penentuan Angka Peroksida”
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan praktikum kali ini antara lain adalah mengidentifikasi lemak dengan
menggunakan uji kelarutan dan emulsi, pembentukan akrolein, dan larutan
Cu(OH)2, serta uji kuantitatif menggunakan penentuan angka peroksida.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat Praktikum
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
- Tabung reaksi
- Rak tabung
reaksi
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Alluminium
foil
- Lampu buncen
- Penjepit tabung
- Gelas Beker
- Tissue
- Stopwatch /
jam
B.
Bahan Praktikum
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. minyak kelapa
2. kloroform
3. eter
4. aquades
5. larutan natrium karbonat 1%
6. reagen Hubl job
7. minyak tanaman
8. lemak binatang
9. kristal KHSO4
10. larutan CuSO4
11. larutan NaOH
12. gliserol
13. larutan asam asetat kloroform
14. larutan jenuh KI
15. larutan pati 1%
16. larutan 0,1N Na2S2O3
C.
Cara Kerja Praktikum
·
menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
·
memasukkan
minyak kelapa ke dalam gelas ukur.
·
melakukan
percobaan dimulai dari uji kelarutan dan
emulsi, sifat tidak jenuh, pembentukan akrolein, dan larutan Cu(OH)2
a.
Uji Kelarutan Lemak dan Emulsi
Tabung A
1. memasukkan larutan kloroform sebanyak 5
tetes ke dalam tabung reaksi.
2. menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3. menutup tabung dengan aluminium foil dan
menggojag tabung tersebut.
4. membiarkannya selama 5 menit di rak tabung
reaksi.
5. mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung B
1.
memasukkan
larutan eter sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.
menambahkan
1 tetes minyak kelapa.
3.
menutup
tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.
membiarkannya
selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.
mengamati
perubahan yang terjadi.
Tabung C
1.
memasukkan
air (aquades) sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.
menambahkan
1 tetes minyak kelapa.
3.
menutup
tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.
membiarkannya
selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.
mengamati
perubahan yang terjadi.
Tabung D
1. memasukkan larutan Natrium Karbonat 1%
sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2. menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3. menutup tabung dengan aluminium foil dan
menggojag tabung tersebut.
4. membiarkannya selama 5 menit di rak tabung
reaksi.
5. mengamati perubahan yang terjadi.
b.
Uji Sifat Tidak Jenuh
1.
memasukkan
10ml kloroform ke dalam tabung reaksi.
2.
menambahkan
10 tetes Hubl jod reagen (larutan jod dalam alkohol yang mengandung sedikit
Merkuri Klorida).
3.
mengamati
perubahan yang terjadi yaitu perubahan warna yang terjadi saat kloroform
memperoleh warna merah muda disebabkan adanya jod bebas.
4.
membagi
larutan berwarna ini menjadi 2 buah tabung.
5.
tabung
1 ditambahkan minyak tanaman tetes demi tetes hingga warna merah tepat hilang.
6.
tabung
2 ditambahkan lemak hewan tetes demi
tetes hingga warna merah tepat hilang.
7.
menghitung
banyaknya minyak tanaman dan lemak hewan yang diperlukan hingga warna merah
hilang.
c.
Uji Pembentukan Akrolein
1.
menyiapkan
2 buah tabung reaksi kering.
2.
mengisi
tabung 1 dengan 3 tetes gliserol.
3.
mengisi
tabung 2 dengan 3 tetes minnyak kelapa.
4.
masing-masing
tabung ditambahkan kristal KHSO4 setebal 1 cm.
5.
memanaskan
kedua tabung tersebut.
6.
mengamati
tabung mana yang baunya lebih menyengat.
d.
Uji Larutan Cu(OH)2
1.
memasukkan
larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi.
2.
mencampurkan
larutan NaOH ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan larutan CuSO4 tadi.
3.
menambahkan
beberapa tetes gliserol.
4.
mengamati
perubahan yang terjadi.
e.
Uji lemak secara kuantitatif
1.
Timbang
kurang lebih 2,5 gram minyak goreng dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer
bertutup.
2.
Tambahkan
15 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2), lalu goyangkan larutan sampai bahan
terlarut sempurna.
3.
Tambahkan
0,25 ml larutan jenuh KI.
4.
Diamkan
selama kurang lebih 1 menit sambil sesekali digoyangkan.
5.
Tambahkan
15 ml aquadest.
6.
Tambahkan
0,25 ml larutan amilum 0,1% hingga terjadi perubahan warna menjadi biru
kehitaman.
7.
Titrasilah
campuran tersebut dangan menggunakan 0,1 N Na2S2O3 hingga
warna bitu kehitaman menjadi hilang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
Tabel 1. Uji lemak secara
kualitatif
Uji
|
Minyak kelapa
|
Lemak binatang
|
Gliserol
|
Kelarutan :
·
Kloroform
·
Eter
·
Air
·
Na. Karbonat 1%
|
Putih bening –
kuning
Putih bening –
kuning
Tidak menyatu
dengan air
Putih keruh
|
-
-
-
-
|
-
-
-
-
|
Sifat tidak
jenuh
|
15 tetes
|
17 tetes
|
-
|
Pembentukan
akrolein
|
Putih kekuningan
|
-
|
Kuning
kecokelatan
|
Larutan Cu(OH)2
|
-
|
-
|
Biru - orange
|
Tabel II. Uji lemak secara kuantitatif
|
Keadaan setelah
dititrasi
|
Minyak jelantah
|
Berwarna putih
bening dengan gumpalan minyak yang terpisah lumayan banyak
|
Minyak goreng
baru
|
Berwarna putih
bening dengan gumpalan minyak yang terpisah lebih banyak daripada minyak
jelantah
|
B.
Pembahasan
Lipid (yunani, lipos=lemak) adalah segolongan besar senyawa
tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut
organik seperti eter dan kloroform. Membran semua sel terdiri dari lipid. Lipid utama dalam membran sel
ialah fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan, kolesterol,postaglandin,
steroid.
Steroid merupakan senyawa seperti
lipid karena dapat diekstrak dari jaringan tumbuhan dan hewan dengan pelarut organik. Sekarang
banyak para atlet wanita menggunakan steroid buatan untuk mengembangkan otot
tanpa menimbulkan kejantanan
Lemak
biasanya disebut lipid atau lipoida, adalah suatu senyawaan
biomolekul,mempunyai sifat umum larut dalam pelarut-pelarut organik, seperti
eter, kloroform dan benzena, tetapi tidak larut dalam air. Berbeda dengan
karbohidrat, lipid tidak terdiri atas satu macam keturunan senyawaan tetapi
terdiri atas beberapa kelompok senyawaan. Sebagian besar lipid merupakan ester.
Senyawaan-senyawaan yang termasuk ke dalam golongan lipid adalah lemak, minyak,
wax dan senyawaan-senyawaan lain yang sifat-sifatnya sama dengan senyawaan itu,
walaupun strukturnya sangat berlainan.
Sebagai
senyawaan biomolekul, lipid dalam hewan dan tumbuhan mempunyai berbagai macam
kepentingan, antara lain sebagai sumber energi dan gizi. Selain itu, lipid
mempunyai beberapa fungsi struktural.
Sebagai
sumber energi dan gizi, lipid merupakan penyusun bahan makanan yang istimewa,
karena bukan saja nilai energinya paling tinggi dibandingkan dengan senyawaan
lain, tetapi juga berperan ganda sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A,
vitamin D, vitamin E, vitamin K dan asam-asam lemak, baik esensial maupun
non-esensial. Disamping itu, dalam tubuh lipid disimpan sebagai cadangan energi
dalam jaringan adiposa.
Lipid
di dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi, pelarut vitamin, bahan
insulasi, penusunan struktur membran sel, penyusun sel saraf dan hormon.
Fungsi
struktural lipid yaitu mengisi struktur tubbuh di bawah kulit misalnya di
sekitar organ-organ tubuh yang halus, lunak, dan vital, mengisi rongga-rongga
yang kosong dan memperindah bentuk tubuh terutama pada wanita. Pada wanita,
lemak yang terdapat di bawah kulit lebih banyak daripada yang terdapat pada
laki-laki. Dengan demikian berarti lipid juga berfungsi sebagai ”isolator”
tubuh, baik terhadap perubahan suhu maupun terhadap benturan-benturan. Selain
itu, lipid banyak terdapat dalam jaringan saraf dan otak. Sehingga lipid juga
berfungsi dalam pengaturan gerak organ-organ tubuh.
Lipid
juga dapat berkombinasi dengan protein membentuk sejenis senyawaan yang disebut
lipoprotein. Senyawa ini adalah konstituen sel yang penting, terdapat dalam membran
sel dan mitokondria. Transportasi lipid dalam darah adalah dalam bentuk
senyawaan lipoprotein.
Selain
sebagai penyusun jaringan hewan dan tumbuhan, bahan makanan dan fungsi faal
lainnya, lipid juga merupakan bahan industri. Beberapa jenis barang-barang
kebutuhan manusia seperti cat, sabun, detergen kosmetik dan beberapa macam
polimer, memakai jenis-jenis lipid tertentu sebagai bahan dasarnya.
Penggolongan Lipid
a. Lipid
Sederhana
Lipid sederhana adalah
ester-ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol. Berdasarkan
jenis alkohol, lipid sederhan dibagi menjadi:
·
Lemak
dan minyak, yaitu ester asam-asm lemak dengan gliserol.
·
Malam
(wax), yaitu ester asam-asam lemak dengan alkohol monohidroksi berantai
panjang.
b.
Lipid
Majemuk
Lipid
majemuk adalah ester-ester asam lemak yang mengandung gugs lain selain alkohol
dan asam lemak. Kelas lipid terdiri atas:
·
Fosfolipid,
yaitu lipid yang selain mengandung asam dan glisero, terdapat juga gugus
fosfat, basa-basa nitrogen dan substituen lainnya.
·
Serebrosida
(glikolipid), yaitu senyawaan-senyawaan yang terdiri atas asam-asam lemak
dengan karbohidrat, mengandung nitrogen tetapi tidak mempunyai gugus fosfat.
·
Lipid
majemuk yang lain, yaitu senyawaan-senyawaan yang tidak dapat digolongkanke
dalam fosfolipid dan serebrosida. Termasuk ke dalam kelompok ini, antara lain
sulfolipid, aminolipid, dan juga lipoprptein.
c.
Turunan
Lipid
Turunan
lipid adalah senyawa-senyawa hasil hidrolisis kedua kelas atas. Ke dalam kelas
ini dimasukkan senyawa yang secara umum kelarutannya masih menyerupai lipid dan
kebanyakan tidak dapat dihidrolisis lagi. Senyawa-senyawa tersebut adalah
asam-asam lemak, baik yang jenuh maupun yang tidak jenuh, alkohol berat (rantai
karbon pamjang), dan sterol (sterol adalah alkohol steroid), aldehid berat dan
benda-benda keton. Gliserida atau disebut juga asilgliserol, kolesterol dan
ester-esternya disebut lipid netral.
Struktur
Molekul
lemak adalah suatu gliserida, yakni ester gliserol dengan asam lemak. Asam
lemaknya adalah asam karbooksilat jenuh dengan jumlah atom karbon genap, antara
4 sampai 24 buah. Jumlah yang genap ini terjadi karena asam-asam lemak alamiah
merupakan hasil proses biosintesis dari senyawaan beratom karbon dua (asetil
koenzim-A).
Minyak
dan lemak pada hakikatnya adalah sama, yakni suatu trigliserida. Akan tetapi
asam lemak yang terikat pada minyak adalah asam yang tidak jenuh.
Ketidakjenuhan inilah yang menyebabkan trigliserida ini pada suhu ruang
berwujud cair.
Lemak
umumnya berasal dari hewan, sedangkan minyak terutama dihasilkan oleh
tumbuh-tumbuhan. Lemak hewani terdapat pada hampir semua jaringan tubuh,
terutama jaringan yang langsung berada d bawah kulit, di antara otot-otot, di
sekeliling organ-organ tubuh dan sumsum
tulang. Dalam tumbuha-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kacang, minyak
palm, minyak jagung, dan minyak zaitun berasal dari biji pohon yang
bersangkutan.
Lemak
yang terdapat dalam tubuh, yang disebut juga depot fat, berasal dari dua
sumber. Pertama, dibentuk oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan (metabolit) yang
terdapat dalam makanan. Kedua, berasal dari luar tubuhyang diperoleh dari
makanan. Lemak yang dibuat oleh tubuh (pembuatannya berlangsung dalam tubuh)
sifat-sifatnya spesifik untuk tubuuh yang bersangkutan.
Sifat-Sifat Lipid Sederhana
Sifat-sifat
lipid, baik fisik maupun kimia, ditentukan oleh tiga macam karakteristik itu
adalah gugus ester, ikatan rangkap, dan bagian molekul yang menyerupai parafin.
A.
Sifat Fisik
Molekul-molekul
lemak, minyak dan wax mengandung atom karbon antara 15 sampai 60 buah.
Akibatnya, sifat-sifat senyawaan ini serupa dengan parafin, yakni nonpolar,
titik lelehnya rendah, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut
organik. Berat jenisnya lebih kecil daripada air; lemak kira-kira 0,86
sedangkan minyak lebih-kurang 0,93. Lemak murni sebenarnya tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa. Warna dan rasa yang terdapat dalam lemak alami
disebabkan oleh zat-zat lain yang terkandung di dalamnya.
Bila
minyak dikocok dengan air, akan terbentuklah emulsi yang tidak stabil. Emulsi ini dapat dibuat stabil dengan
menambahkan suatu emulgator. Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai emulgator
harus mempunyai gugus polar dan nonpolar sekaligus. Misalnya sabun, dekstrin,
dan albumin dapat dipakai sebagai stabilisator emulsi.
Reaksi-reaksi Kimia
Sifat-sifat
kimia lipid sederhana sebagian besar ditentukan oleh dua jenis gugus fungsi
yang terdapat dalam molekulnya. Kedua gugus fungsi itu adalah gugus ester dan
ikatan rangkap. Oleh karena itu, lipid mempunyai reaksi-reaksi khas ester
seperti hidrolisis, sementara ikatan rangkapnya memperlihatkan reaksi-reaksi
spesifikalkena. Reaksi-reaksi kimia yang lazim dijumpai adalah:
1)
Hidrolisis,
2)
Saponifikasi,
3)
Hidrogenasi,
4)
Ketengikan,
5)
Pirolisis,
6)
Oksidasi
spontan.
REDOKS
Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi (reaksi redoks)
merupakan reaksi serah terima electron yang disertai dengan perubahan bilangan
oksidasi atom-atom yang terlibat reaksi. Reaksi redoks terdiri atas setengah
reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Perbedaan reaksi reduksi dan
oksidasi adalah sebagai berikut :
No.
|
Reaksi reduksi
|
Reaksi oksidasi
|
1.
2.
3.
4.
|
Merupakan reaksi yang
melepaskan oksigen.
Contoh : CuO + H2
= Cu + H2O
Merupakan reaksi yang
disertai dengan penangkapan electron oleh suatu zat.
Contoh : Cl2
+ 2e- = 2Cl-
Merupakan reaksi yang
melibatkan terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
Contoh : Cl2
+ 2e- = 2Cl-
0
-1
Bertindak sebagai
oksidator.
|
Merupakan reaksi yang
mengikat oksigen.
Contoh : C + O2
= CO2
Merupakan reaksi yang
disertai dengan pelepasan electron oleh suatu zat.
Contoh : Na = Na+
+ e-
Merupakan reaksi yang
melibatkan terjadinya kenaikan bilangan oksidasi.
Contoh : Na = Na+
+ e-
0 +1
Bertindak sebagai reduktor.
|
Catatan : Oksidator :
-
Zat
yang mengalami oksidasi.
-
Lebih
mudah menangkap electron.
Reduktor :
-
Zat
yang mengalami oksidasi.
-
Lebih
mudah melepas electron.
Perubahan bilangan oksidasi ataupun perpindahan electron
dalam reaksi redoks terjadi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat dipahami,
sebab apabila ada suatu zat yang naik bilangan oksidasinya, maka harus ada zat
lain yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. Demikian pula apabila ada zat
yang melepas electron, maka harus ada zat lain yang mengikat electron yang
dilepaskan tersebut.
Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang
dimiliki oleh suatu atom. Ketentuan atau aturan
tentang bilangan oksidasi adalah sebagai berikut :
1.
Biloks
setiap atom dalam unsure bebas adalah nol.
2.
Biloks
ion suatu atom sama dengan muatan ion tersebut.
3.
Biloks
atom logam dalam suatu senyawa atau ion sesuai dengan letak golongan pada
Sistem Periodik Unsur (SPU) dan selalu bertanda positif.
4.
Biloks
unsure hydrogen (H) dalam senyawa adalah +1, kecuali pada senyawa hibrida logam
seperti NaH, LiH, dan CaH2, biloks unsure hydrogen adalah -1.
5.
Biloks
atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali dalam senyawa OF2, biloks
atom O sebesar +2, dan pada
senyawa-senyawa peroksida seperti H2O2, biloks atom O
adalah -1. Sedangkan pada senyawa-senyawa superoksida seperti KO2
dan RbO2, biloks atom O adalah -1/2.
6.
Biloks
unsure-unsur dan molekul-molekul dari atom sejenis, semisal H2, O2,
dan Cl2 sama dengan nol.
7.
Jumlah
total biloks atom-atom dalam suatu senyawa sama dengan nol.
8.
Jumlah
total biloks atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion
tersebut.
Reaksi autoredoks atau disproporsionasi adalah reaksi
redoks yang berasal dari spesi yang sama. Artinya, suatu atom atau senyawa yang
bereaksi dalam suatu reaksi ada yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi
oksidasi.
Reaksi autoredoks atau koproporsionasi (lawan dari
reaksi disproporsionasi) adalah reaksi redoks yang menghasilkan spesi yang sama.
Artinya, suatu atom atau senyawa yang merupakan hasil dari suatu reaksi ada yang mengalami reaksi
reduksi sekaligus reaksi oksidasi.
Reaksi redoks dapat berlangsung dalan suasana yang asam
maupun suasana basa. Dalam suasana asam, pihak yang kekurangan atom O
diambahkan dengan senyawa H2O sebanyak kekurangannya, kemudian pihak
yang lain ditambah H+ sehingga jumlah atom-atom sebelah kiri dan
kanan tanda panah sama. Dalam suasana basa, pihak yang kelebihan O ditambah H2O
sebanyak kelebihannnya. Kemudian pihak yang lain ditambah OH-
sehingga jumlah atom-atom sebelah kiridan kanan tanda panah sama.
Penyetaraan Persamaan
Reaksi REDOKS
Di dalam suatu persamaan
reaksi harus dipenuhi hukum-hukum interaksi materi, antara lain hokum kekekalan
massa dan hokum kekekalan muatan. Oleh karena itu, persamaan reaksi dianggap
tidak benar jika belum memenuhi kedua hokum interaksi tersebut.
Suatu persamaan
reaksi memenuhi hokum kekekalan massa apabila jumlah atom-atom sebelum dan
sesudah bereaksi jumlahnya tetap, atau jumlah atom sebelum bereaksi sama dengan
jumlah atom sesudah bereaksi. Persamaan reaksi dianggap memenuhi hokum
kekekalan muatan apabila muatan sebelum bereaksi sama dengan muatan sesudah
bereaksi.
Persamaan reaksi
yang sudah memenuhi kedua persyaratan tersebut disebut persamaan reaksi yang sudah setara, dan untuk membuat suatu reaksi yang belum
setara menjadi setara disebut dengan penyetaraan persamaan reaksi.
Penyetaraan
persamaan reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan konsep reaksi redoks dengan
dua cara, yaitu cara bilangan oksidasi dan cara ion electron (setengah reaksi)
1.
Cara
bilangan oksidasi.
Pada
penyetaraan persamaan reaksi dengan cara bilangan oksidasi diperlukan
keterampilan menghitung biloks secara tepat dan cepat. Cara ini mempunyai
tahapan yang lebih sederhana, tetapi langkah yang ditempuh harus urut.
Caranya
:
a)
Langkah
1 : tentukan bilangan oksidasi atom-atom yang terlibat reaksi, kemudian
tuliskan rumus kimia dari zat yang terdapat atom yang berubah bilangan
oksidasinya.
b)
Langkah
2 : setarakan atom-atom yang berubah bilangan oksidasinya dengan mengubah
koefisiennya. Kemudian tentukan jumlah bilangan oksidasi dari atom-atom
tersebut.
c)
Langkah
3 : tentukan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi.
d)
Langkah
4 : setarakan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dengan
cara mengubah koefisien (jumlah atom atau molekul) dari atom-atom yang berubah
biloksnya.
e)
Langkah
5 : hitung jumlah muatan, jika belum
setara, disetarakan dengan menambah :
·
Ion
H+, jika reaksi dalam suasana asam.
·
Ion
OH-, jika reaksi dalam suasana basa.
f)
Langkah
6 : setarakan jumlah atom hydrogen (H) dengan menambahka H2O pada ruas yang
kekurangan atom H.
Beberapa reaksi dilakukan dalam bentuk zat padat. Oleh
karena itu, reaksinya tidak dituliskan dalam bentuk ion. Meskipun demikian,
langkah-langkahnya secara umum sama.
Catatan :
·
Untuk
mempercepat proses penghitungan biloks, maka ada beberapa atom yang bilangannya
pasti, misalnya unsure golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA).
·
Atom
(gugus) yang mempunyai rumus kimia sama akan mempunyai bilangan oksidasi yang
sama. Misalnya unsure sulfur pada K2SO4 mempunyai biloks
yang sama dengan unsure sulfur yang ada pada senyawa Cr2(SO4)3.
2.
Cara
ion electron (setengah reaksi)
Pada
penyetaraan dengan cara ion electron, persamaan reaksi dipecah menjadi dua
persamaan reaksi yang masing-masing disebut setengah reaksi reduksi dan setengah
reaksi oksidasi. Setelah itu dijumlahkan dengan memperhatikan jumlah
electron yang diikat dan dilepas (konsep pelepasan dan pengikatan electron
diterapkan pada cara ini).
Caranya
:
a)
Langkah
1 : persamaan reaksi dipecah menjadi dua buah setengah reaksi. Tentukan jumlah
electron yang diikat atau dilepas.
Catatan : untuk mempermudah
perhitungan jumlah electron digunakan pedoman sebagai berikut :
·
Jumlah
kenaikan biloks sama dengan jumlah electron yang dilepas.
·
Jumlah
penurunan biloks sama dengan jumlah electron yang diikat.
b)
Langkah
2 : setarakan muatan dengan menambahkan ion H+ pada suasana asam dan ion OH-
jika suasananya basa.
c)
Langkah
3 : menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H2O pada ruas yang kurang
atom H.
d)
Langkah
4 : menyetarakan jumlah electron yang diikat dan yang dilepas, kemudian
dijumlahkan secara total.
Catatan : atom atau molekul yang sama dan berada dalam ruas yang berbeda dapat saling
dihilangkan.
Stoikiometri dan Titrasi
Reaksi Redoks
Persamaan reaksi setara dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan jumlah atau kadar
(misalnya : massa, volume, konsentrasi atau persentasi) zat yang terlibat
reaksi.
Koefisien dalam
persamaan reaksi setara menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat
reaksi. Oleh karena itu, persamaan reaksi redoks yang sudah setara juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk menentukan kadarzat yang terlibat dalam reaksi
tersebut. Salah satu penerapanya dilakukan dalam titrasi. Jadi, selain titrasi
asam-basa (aside alkalimetri) yang memanfaatkan reaksi asam-basa sebagai
dasarnya dan menggunakan indicator asam-basa sebagai penunjuk titik akhir
titrasi, titrasi jug dapat dilakukan dengan memanfaatkan reaksi redoks.
Dengan demikian,
titrasi yang menggunakan dasar reaksi redoks dikenal sebagai titrasi
oksidimetri dan sebagai indikatornya adalah warna dari zat yang terllibat dalam
reaksi tersebut.
Kalium permangat
dan kalium dikromat merupakan oksidator kuat pada suasana asam. Reaksi yang
terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut :
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- = Mn2+(aq) + 4H2O(l)
(ungu) (tidak
berwarna)
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e- = 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
(jingga) (hijau)
Perubahan
warna yang jelas pada reaksi tersebut berguna dalam penentuan kadar zat melalui
titrasi oksidimetri. Titrasi oksidimetri merupakan cara penentuan kadar suatu
zat dengan mengoksidasi zat tersebut dengan oksidator kuat. Pada titrasi dengan
menggunakan larutan standar KMnO4 dan K2Cr2O7
tidak diperlukan indicator, sebab perubahan warna akibat reaksi redoks yang
terjadi sudah cukup jelas. Titrasi oksidimetri dengan oksidator KMnO4
disebut titrasi permanganometri dan
bila oksidatornya K2Cr2O7 disebut titrasi kromatometri.
Melalui
proses titrasi oksidimetri, kita dapat menentukan angka peroksida dari suatu
zat. Angka peroksida dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam
setiap 1000 gram minyak goreng. Angka peroksida itu sendiri menyatakan jumlah
minyak goreng yang teroksidasi.
Rumus
untuk mencari angka peroksida adalah sebagai berikut :
Keterangan :
N thio = 0,1
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai
berikut :
1.
Pada
percobaan identifikasi lemak dengan metode uji kelarutan :
·
Dengan
menggunakan kloroform, terjadi perubahan warna dari putih bening menjadi
kuning.
·
Dengan
menggunakan pelarut eter, terjadi perubahan warna dari putih bening menjadi
kuning.
·
Dengan
menggunakan air, minyak tidak tercampur.
·
Dengan
menggunakan Na. Karbonat 1%, minyak menjadi putih keruh.
Hal tersebut menunjukkan bahwa
lemak teridentifikasi, karena lemak bersifat tidak larut di dalam air, tetapi
larut di dalam pelarut lemak seperti kloroform, eter, dan Natriun karbonat.
2.
Pada
uji lemak berdasarkan sifat tidak jenuh, minyak kelapa yang diperlukan dalam
percobaan hanya 15 tetes, sedangkan minyak hewan yang diperlukan adalah
sebanyak 17 tetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak hewan lebih jenuh
daripada minyak kelapa.
3.
Pada
percobaan pembentukan akrolein dan dengan menggunakan larutan Cu(OH)2
menunjukkan teridentifikasinya lemak pada minyak kelapa dan gliserol yang
ditandai dengan adanya perubahan warna.
4.
Pada
percobaan uji lemak secara kuantitatif dengan menggunakan minyak jelantah,
banyaknya larutan Na2S2O3 yang diperlukan
lebih banyak daripada percobaan yang menggunakan minyak goreng yang baru. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jumlah minyak jelantah yang teroksidasi lebih banyak
daripada jumlah minyak goreng baru yang teroksidasi.
B.
Saran
Jumlah
percobaan yang lebih sedikit akan lebih memudahkan praktikan dalam memahami
bagaimana proses pengujian lemak beserta bahan yang digunakan dalam percobaan
uji lemak secara kualitatif maupun kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. M. Suwandi, dkk. Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989.
2. Fessenden Ralph J. and Fessenden Joan S. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta :
Binarupa Aksara, 1997.
3. Wilbraham Antony, C and Matta Michael S. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB,
1992.
4. Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat. Buku Ajar Kimia
Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM, 2009.
5. Matthew J. Frontini, Caroline O’Neil, Cynthia
Sawyez, Bosco M.C. Chan, Murray W. Huff, J. Geoffrey Pickering. Lipid Incorporation
Inhibits Src-Dependent Assembly of Fibronectin and Type I Collagen by Vascular
Smooth Muscle cells. Circ. Res. 2009;104;832-841; originally published online Feb 19, 2009.
6. Geert JA Wanten and Philip C Calder. Immune modulation by parenteral lipid emulsions. The American
Journal of Clinical Nutrition. Am J Clin Nutr 2007;85:1171– 84. Printed in USA . 2007 American Society for Nutrition
7. James K. Leung1, Sylvaine Cases2 and Thiennu H.
Vu1. P311 functions in an alternative
pathway of lipid accumulation that is induced by retinoic acidAccepted 16 June
2008. Journal of Cell Science
121, 2751-2758 Published by The Company of Biologists 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar