Senin, 29 Oktober 2012

Praktikum Kimia : Identifikasi Lemak dan Penentuan Angka Peroksida


JUDUL PRAKTIKUM
“IdentifikasI Lemak dan Penentuan Angka Peroksida”

TUJUAN PRAKTIKUM
            Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah mengidentifikasi lemak dengan menggunakan uji kelarutan dan emulsi, pembentukan akrolein, dan larutan Cu(OH)2, serta uji kuantitatif menggunakan penentuan angka peroksida.

METODE PRAKTIKUM
A.    Alat Praktikum
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
  1. Tabung reaksi
  2. Rak tabung reaksi
  3. Pipet tetes
  4. Gelas ukur
  5. Alluminium foil
  6. Lampu buncen
  7. Penjepit tabung
  8. Gelas Beker
  9. Tissue
  10. Stopwatch / jam
B.     Bahan Praktikum
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.      minyak kelapa
2.      kloroform
3.      eter
4.      aquades
5.      larutan natrium karbonat 1%
6.      reagen Hubl job
7.      minyak tanaman
8.      lemak binatang
9.      kristal KHSO4
10.  larutan CuSO4
11.  larutan NaOH
12.  gliserol
13.  larutan asam asetat kloroform
14.  larutan jenuh KI
15.  larutan pati 1%
16.  larutan 0,1N Na2S2O3
C.    Cara Kerja Praktikum
·         menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
·         memasukkan minyak kelapa ke dalam gelas ukur.
·         melakukan percobaan dimulai  dari uji kelarutan dan emulsi, sifat tidak jenuh, pembentukan akrolein, dan larutan Cu(OH)2
a.            Uji Kelarutan Lemak dan Emulsi
Tabung A
1.      memasukkan larutan kloroform sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.      menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3.      menutup tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.      membiarkannya selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.      mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung B
1.         memasukkan larutan eter sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.         menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3.         menutup tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.         membiarkannya selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.         mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung C
1.         memasukkan air (aquades) sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.         menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3.         menutup tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.         membiarkannya selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.         mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung D
1.      memasukkan larutan Natrium Karbonat 1% sebanyak 5 tetes ke dalam tabung reaksi.
2.      menambahkan 1 tetes minyak kelapa.
3.      menutup tabung dengan aluminium foil dan menggojag tabung tersebut.
4.      membiarkannya selama 5 menit di rak tabung reaksi.
5.      mengamati perubahan yang terjadi.
b.            Uji Sifat Tidak Jenuh
1.         memasukkan 10ml kloroform ke dalam tabung reaksi.
2.         menambahkan 10 tetes Hubl jod reagen (larutan jod dalam alkohol yang mengandung sedikit Merkuri Klorida).
3.         mengamati perubahan yang terjadi yaitu perubahan warna yang terjadi saat kloroform memperoleh warna merah muda disebabkan adanya jod bebas.
4.         membagi larutan berwarna ini menjadi 2 buah tabung.
5.         tabung 1 ditambahkan minyak tanaman tetes demi tetes hingga warna merah tepat hilang.
6.         tabung 2 ditambahkan  lemak hewan tetes demi tetes hingga warna merah tepat hilang.
7.         menghitung banyaknya minyak tanaman dan lemak hewan yang diperlukan hingga warna merah hilang.
c.             Uji Pembentukan Akrolein
1.        menyiapkan 2 buah tabung reaksi kering.
2.        mengisi tabung 1 dengan 3 tetes gliserol.
3.        mengisi tabung 2 dengan  3 tetes minnyak kelapa.
4.        masing-masing tabung ditambahkan kristal KHSO4 setebal 1 cm.
5.        memanaskan kedua tabung tersebut.
6.        mengamati tabung mana yang baunya lebih menyengat.
d.            Uji Larutan Cu(OH)2
1.        memasukkan larutan CuSO4 ke dalam tabung reaksi.
2.        mencampurkan larutan NaOH ke dalam tabung reaksi yang telah diisi dengan larutan CuSO4 tadi.
3.        menambahkan beberapa tetes gliserol.
4.        mengamati perubahan yang terjadi.
e.             Uji lemak secara kuantitatif
1.        Timbang kurang lebih 2,5 gram minyak goreng dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer bertutup.
2.        Tambahkan 15 ml larutan asam asetat-khloroform (3:2), lalu goyangkan larutan sampai bahan terlarut sempurna.
3.        Tambahkan 0,25 ml larutan jenuh KI.
4.        Diamkan selama kurang lebih 1 menit sambil sesekali digoyangkan.
5.        Tambahkan 15 ml aquadest.
6.        Tambahkan 0,25 ml larutan amilum 0,1% hingga terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman.
7.        Titrasilah campuran tersebut dangan menggunakan 0,1 N Na2S2O3 hingga warna bitu kehitaman menjadi hilang.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           Hasil Praktikum
Tabel 1. Uji lemak secara kualitatif
Uji
Minyak kelapa
Lemak binatang
Gliserol
Kelarutan :
·         Kloroform
·         Eter
·         Air
·         Na. Karbonat 1%

Putih bening – kuning
Putih bening – kuning
Tidak menyatu dengan air
Putih keruh

-
-
-
-

-
-
-
-
Sifat tidak jenuh
15 tetes
17 tetes
-
Pembentukan akrolein
Putih kekuningan
-
Kuning kecokelatan
Larutan Cu(OH)2
-
-
Biru -  orange

Tabel II. Uji lemak secara kuantitatif

Keadaan setelah dititrasi
Minyak jelantah
Berwarna putih bening dengan gumpalan minyak yang terpisah lumayan banyak
Minyak goreng baru
Berwarna putih bening dengan gumpalan minyak yang terpisah lebih banyak daripada minyak jelantah

B.            Pembahasan
                Lipid (yunani, lipos=lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Membran semua sel terdiri  dari lipid. Lipid utama dalam membran sel ialah fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan, kolesterol,postaglandin, steroid.
Steroid merupakan senyawa seperti lipid karena dapat diekstrak dari jaringan tumbuhan  dan hewan dengan pelarut organik. Sekarang banyak para atlet wanita menggunakan steroid buatan untuk mengembangkan otot tanpa menimbulkan kejantanan
            Lemak biasanya disebut lipid atau lipoida, adalah suatu senyawaan biomolekul,mempunyai sifat umum larut dalam pelarut-pelarut organik, seperti eter, kloroform dan benzena, tetapi tidak larut dalam air. Berbeda dengan karbohidrat, lipid tidak terdiri atas satu macam keturunan senyawaan tetapi terdiri atas beberapa kelompok senyawaan. Sebagian besar lipid merupakan ester. Senyawaan-senyawaan yang termasuk ke dalam golongan lipid adalah lemak, minyak, wax dan senyawaan-senyawaan lain yang sifat-sifatnya sama dengan senyawaan itu, walaupun strukturnya sangat berlainan.
            Sebagai senyawaan biomolekul, lipid dalam hewan dan tumbuhan mempunyai berbagai macam kepentingan, antara lain sebagai sumber energi dan gizi. Selain itu, lipid mempunyai beberapa fungsi struktural.
            Sebagai sumber energi dan gizi, lipid merupakan penyusun bahan makanan yang istimewa, karena bukan saja nilai energinya paling tinggi dibandingkan dengan senyawaan lain, tetapi juga berperan ganda sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan asam-asam lemak, baik esensial maupun non-esensial. Disamping itu, dalam tubuh lipid disimpan sebagai cadangan energi dalam jaringan adiposa.
            Lipid di dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi, pelarut vitamin, bahan insulasi, penusunan struktur membran sel, penyusun sel saraf dan hormon.
            Fungsi struktural lipid yaitu mengisi struktur tubbuh di bawah kulit misalnya di sekitar organ-organ tubuh yang halus, lunak, dan vital, mengisi rongga-rongga yang kosong dan memperindah bentuk tubuh terutama pada wanita. Pada wanita, lemak yang terdapat di bawah kulit lebih banyak daripada yang terdapat pada laki-laki. Dengan demikian berarti lipid juga berfungsi sebagai ”isolator” tubuh, baik terhadap perubahan suhu maupun terhadap benturan-benturan. Selain itu, lipid banyak terdapat dalam jaringan saraf dan otak. Sehingga lipid juga berfungsi dalam pengaturan gerak organ-organ tubuh.
            Lipid juga dapat berkombinasi dengan protein membentuk sejenis senyawaan yang disebut lipoprotein. Senyawa ini adalah konstituen sel yang penting, terdapat dalam membran sel dan mitokondria. Transportasi lipid dalam darah adalah dalam bentuk senyawaan lipoprotein.
            Selain sebagai penyusun jaringan hewan dan tumbuhan, bahan makanan dan fungsi faal lainnya, lipid juga merupakan bahan industri. Beberapa jenis barang-barang kebutuhan manusia seperti cat, sabun, detergen kosmetik dan beberapa macam polimer, memakai jenis-jenis lipid tertentu sebagai bahan dasarnya.

Penggolongan Lipid
a.      Lipid Sederhana
Lipid sederhana adalah ester-ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol. Berdasarkan jenis alkohol, lipid sederhan dibagi menjadi:
·         Lemak dan minyak, yaitu ester asam-asm lemak dengan gliserol.
·         Malam (wax), yaitu ester asam-asam lemak dengan alkohol monohidroksi berantai panjang.
b.            Lipid Majemuk
            Lipid majemuk adalah ester-ester asam lemak yang mengandung gugs lain selain alkohol dan asam lemak. Kelas lipid terdiri atas:
·         Fosfolipid, yaitu lipid yang selain mengandung asam dan glisero, terdapat juga gugus fosfat, basa-basa nitrogen dan substituen lainnya.
·         Serebrosida (glikolipid), yaitu senyawaan-senyawaan yang terdiri atas asam-asam lemak dengan karbohidrat, mengandung nitrogen tetapi tidak mempunyai gugus fosfat.
·         Lipid majemuk yang lain, yaitu senyawaan-senyawaan yang tidak dapat digolongkanke dalam fosfolipid dan serebrosida. Termasuk ke dalam kelompok ini, antara lain sulfolipid, aminolipid, dan juga lipoprptein.
c.             Turunan Lipid
         Turunan lipid adalah senyawa-senyawa hasil hidrolisis kedua kelas atas. Ke dalam kelas ini dimasukkan senyawa yang secara umum kelarutannya masih menyerupai lipid dan kebanyakan tidak dapat dihidrolisis lagi. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam-asam lemak, baik yang jenuh maupun yang tidak jenuh, alkohol berat (rantai karbon pamjang), dan sterol (sterol adalah alkohol steroid), aldehid berat dan benda-benda keton. Gliserida atau disebut juga asilgliserol, kolesterol dan ester-esternya disebut lipid netral.

Struktur
         Molekul lemak adalah suatu gliserida, yakni ester gliserol dengan asam lemak. Asam lemaknya adalah asam karbooksilat jenuh dengan jumlah atom karbon genap, antara 4 sampai 24 buah. Jumlah yang genap ini terjadi karena asam-asam lemak alamiah merupakan hasil proses biosintesis dari senyawaan beratom karbon dua (asetil koenzim-A).
         Minyak dan lemak pada hakikatnya adalah sama, yakni suatu trigliserida. Akan tetapi asam lemak yang terikat pada minyak adalah asam yang tidak jenuh. Ketidakjenuhan inilah yang menyebabkan trigliserida ini pada suhu ruang berwujud cair.
         Lemak umumnya berasal dari hewan, sedangkan minyak terutama dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan. Lemak hewani terdapat pada hampir semua jaringan tubuh, terutama jaringan yang langsung berada d bawah kulit, di antara otot-otot, di sekeliling organ-organ tubuh  dan sumsum tulang. Dalam tumbuha-tumbuhan seperti minyak kelapa, minyak kacang, minyak palm, minyak jagung, dan minyak zaitun berasal dari biji pohon yang bersangkutan.
         Lemak yang terdapat dalam tubuh, yang disebut juga depot fat, berasal dari dua sumber. Pertama, dibentuk oleh tubuh sendiri dari bahan-bahan (metabolit) yang terdapat dalam makanan. Kedua, berasal dari luar tubuhyang diperoleh dari makanan. Lemak yang dibuat oleh tubuh (pembuatannya berlangsung dalam tubuh) sifat-sifatnya spesifik untuk tubuuh yang bersangkutan.

Sifat-Sifat Lipid Sederhana
         Sifat-sifat lipid, baik fisik maupun kimia, ditentukan oleh tiga macam karakteristik itu adalah gugus ester, ikatan rangkap, dan bagian molekul yang menyerupai parafin.
A.    Sifat Fisik
         Molekul-molekul lemak, minyak dan wax mengandung atom karbon antara 15 sampai 60 buah. Akibatnya, sifat-sifat senyawaan ini serupa dengan parafin, yakni nonpolar, titik lelehnya rendah, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik. Berat jenisnya lebih kecil daripada air; lemak kira-kira 0,86 sedangkan minyak lebih-kurang 0,93. Lemak murni sebenarnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Warna dan rasa yang terdapat dalam lemak alami disebabkan oleh zat-zat lain yang terkandung di dalamnya.
         Bila minyak dikocok dengan air, akan terbentuklah emulsi yang tidak stabil. Emulsi ini dapat dibuat stabil dengan menambahkan suatu emulgator. Senyawa kimia yang dapat digunakan sebagai emulgator harus mempunyai gugus polar dan nonpolar sekaligus. Misalnya sabun, dekstrin, dan albumin dapat dipakai sebagai stabilisator emulsi.

Reaksi-reaksi Kimia
         Sifat-sifat kimia lipid sederhana sebagian besar ditentukan oleh dua jenis gugus fungsi yang terdapat dalam molekulnya. Kedua gugus fungsi itu adalah gugus ester dan ikatan rangkap. Oleh karena itu, lipid mempunyai reaksi-reaksi khas ester seperti hidrolisis, sementara ikatan rangkapnya memperlihatkan reaksi-reaksi spesifikalkena. Reaksi-reaksi kimia yang lazim dijumpai adalah:
1)            Hidrolisis,
2)            Saponifikasi,
3)            Hidrogenasi,
4)            Ketengikan,
5)            Pirolisis,
6)            Oksidasi spontan.

REDOKS
Reaksi reduksi dan reaksi oksidasi (reaksi redoks) merupakan reaksi serah terima electron yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi atom-atom yang terlibat reaksi. Reaksi redoks terdiri atas setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Perbedaan reaksi reduksi dan oksidasi adalah sebagai berikut :

No.
Reaksi reduksi
Reaksi oksidasi
1.


2.



3.





4.
Merupakan reaksi yang melepaskan oksigen.
Contoh : CuO + H2 = Cu + H2O
Merupakan reaksi yang disertai dengan penangkapan electron oleh suatu zat.
Contoh : Cl2 + 2e- = 2Cl-
Merupakan reaksi yang melibatkan terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
Contoh : Cl2 + 2e- = 2Cl-
0                               -1

Bertindak sebagai oksidator.
Merupakan reaksi yang mengikat oksigen.
Contoh : C + O2 = CO2
Merupakan reaksi yang disertai dengan pelepasan electron oleh suatu zat.
Contoh : Na = Na+ + e-
Merupakan reaksi yang melibatkan terjadinya kenaikan bilangan oksidasi.
Contoh : Na = Na+ + e-
                0       +1



Bertindak sebagai reduktor.

Catatan :  Oksidator :
-          Zat yang mengalami oksidasi.
-          Lebih mudah menangkap electron.
Reduktor :
-          Zat yang mengalami oksidasi.
-          Lebih mudah melepas electron.
Perubahan bilangan oksidasi ataupun perpindahan electron dalam reaksi redoks terjadi dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dapat dipahami, sebab apabila ada suatu zat yang naik bilangan oksidasinya, maka harus ada zat lain yang mengalami penurunan bilangan oksidasi. Demikian pula apabila ada zat yang melepas electron, maka harus ada zat lain yang mengikat electron yang dilepaskan tersebut.
Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki oleh suatu atom. Ketentuan atau aturan  tentang bilangan oksidasi adalah sebagai berikut :
1.      Biloks setiap atom dalam unsure bebas adalah nol.
2.      Biloks ion suatu atom sama dengan muatan ion tersebut.
3.      Biloks atom logam dalam suatu senyawa atau ion sesuai dengan letak golongan pada Sistem Periodik Unsur (SPU) dan selalu bertanda positif.
4.      Biloks unsure hydrogen (H) dalam senyawa adalah +1, kecuali pada senyawa hibrida logam seperti NaH, LiH, dan CaH2, biloks unsure hydrogen adalah -1.
5.      Biloks atom O dalam senyawa adalah -2, kecuali dalam senyawa OF2, biloks atom O sebesar +2,  dan pada senyawa-senyawa peroksida seperti H2O2, biloks atom O adalah -1. Sedangkan pada senyawa-senyawa superoksida seperti KO2 dan RbO2, biloks atom O adalah -1/2.
6.      Biloks unsure-unsur dan molekul-molekul dari atom sejenis, semisal H2, O2, dan Cl2 sama dengan nol.
7.      Jumlah total biloks atom-atom dalam suatu senyawa sama dengan nol.
8.      Jumlah total biloks atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut.
Reaksi autoredoks atau disproporsionasi adalah reaksi redoks yang berasal dari spesi yang sama. Artinya, suatu atom atau senyawa yang bereaksi dalam suatu reaksi ada yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi.
Reaksi autoredoks atau koproporsionasi (lawan dari reaksi disproporsionasi) adalah reaksi redoks yang menghasilkan spesi yang sama. Artinya, suatu atom atau senyawa yang merupakan hasil  dari suatu reaksi ada yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi.
Reaksi redoks dapat berlangsung dalan suasana yang asam maupun suasana basa. Dalam suasana asam, pihak yang kekurangan atom O diambahkan dengan senyawa H2O sebanyak kekurangannya, kemudian pihak yang lain ditambah H+ sehingga jumlah atom-atom sebelah kiri dan kanan tanda panah sama. Dalam suasana basa, pihak yang kelebihan O ditambah H2O sebanyak kelebihannnya. Kemudian pihak yang lain ditambah OH- sehingga jumlah atom-atom sebelah kiridan kanan tanda panah sama.
Penyetaraan Persamaan Reaksi REDOKS
            Di dalam suatu persamaan reaksi harus dipenuhi hukum-hukum interaksi materi, antara lain hokum kekekalan massa dan hokum kekekalan muatan. Oleh karena itu, persamaan reaksi dianggap tidak benar jika belum memenuhi kedua hokum interaksi tersebut.
            Suatu persamaan reaksi memenuhi hokum kekekalan massa apabila jumlah atom-atom sebelum dan sesudah bereaksi jumlahnya tetap, atau jumlah atom sebelum bereaksi sama dengan jumlah atom sesudah bereaksi. Persamaan reaksi dianggap memenuhi hokum kekekalan muatan apabila muatan sebelum bereaksi sama dengan muatan sesudah bereaksi.
            Persamaan reaksi yang sudah memenuhi kedua persyaratan tersebut disebut persamaan reaksi yang sudah setara,  dan untuk membuat suatu reaksi yang belum setara menjadi setara disebut dengan penyetaraan persamaan reaksi.
            Penyetaraan persamaan reaksi dapat dilakukan dengan menggunakan konsep reaksi redoks dengan dua cara, yaitu cara bilangan oksidasi dan cara ion electron (setengah reaksi)
1.      Cara bilangan oksidasi.
Pada penyetaraan persamaan reaksi dengan cara bilangan oksidasi diperlukan keterampilan menghitung biloks secara tepat dan cepat. Cara ini mempunyai tahapan yang lebih sederhana, tetapi langkah yang ditempuh harus urut.
Caranya :
a)      Langkah 1 : tentukan bilangan oksidasi atom-atom yang terlibat reaksi, kemudian tuliskan rumus kimia dari zat yang terdapat atom yang berubah bilangan oksidasinya.
b)      Langkah 2 : setarakan atom-atom yang berubah bilangan oksidasinya dengan mengubah koefisiennya. Kemudian tentukan jumlah bilangan oksidasi dari atom-atom tersebut.
c)      Langkah 3 : tentukan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi.
d)      Langkah 4 : setarakan jumlah kenaikan dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dengan cara mengubah koefisien (jumlah atom atau molekul) dari atom-atom yang berubah biloksnya.
e)      Langkah 5 : hitung  jumlah muatan, jika belum setara, disetarakan dengan menambah :
·         Ion H+, jika reaksi dalam suasana asam.
·         Ion OH-, jika reaksi dalam suasana basa.
f)       Langkah 6 : setarakan jumlah atom hydrogen (H) dengan menambahka H2O pada ruas yang kekurangan atom H.
Beberapa reaksi dilakukan dalam bentuk zat padat. Oleh karena itu, reaksinya tidak dituliskan dalam bentuk ion. Meskipun demikian, langkah-langkahnya secara umum sama.
Catatan :
·         Untuk mempercepat proses penghitungan biloks, maka ada beberapa atom yang bilangannya pasti, misalnya unsure golongan alkali (IA) dan alkali tanah (IIA).
·         Atom (gugus) yang mempunyai rumus kimia sama akan mempunyai bilangan oksidasi yang sama. Misalnya unsure sulfur pada K2SO4 mempunyai biloks yang sama dengan unsure sulfur yang ada pada senyawa Cr2(SO4)3.
2.      Cara ion electron (setengah reaksi)
Pada penyetaraan dengan cara ion electron, persamaan reaksi dipecah menjadi dua persamaan reaksi yang masing-masing disebut setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Setelah itu dijumlahkan dengan memperhatikan jumlah electron yang diikat dan dilepas (konsep pelepasan dan pengikatan electron diterapkan pada cara ini).
Caranya :
a)      Langkah 1 : persamaan reaksi dipecah menjadi dua buah setengah reaksi. Tentukan jumlah electron yang diikat atau dilepas.
Catatan : untuk mempermudah perhitungan jumlah electron digunakan pedoman sebagai berikut :
·         Jumlah kenaikan biloks sama dengan jumlah electron yang dilepas.
·         Jumlah penurunan biloks sama dengan jumlah electron yang diikat.
b)      Langkah 2 : setarakan muatan dengan menambahkan ion H+ pada suasana asam dan ion OH- jika suasananya basa.
c)      Langkah 3 : menyetarakan jumlah atom H dengan menambahkan H2O pada ruas yang kurang atom H.
d)      Langkah 4 : menyetarakan jumlah electron yang diikat dan yang dilepas, kemudian dijumlahkan secara total.
Catatan : atom atau molekul yang sama dan  berada dalam ruas yang berbeda dapat saling dihilangkan.
Stoikiometri dan Titrasi Reaksi Redoks
            Persamaan reaksi setara dapat digunakan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan jumlah atau kadar (misalnya : massa, volume, konsentrasi atau persentasi) zat yang terlibat reaksi.
            Koefisien dalam persamaan reaksi setara menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat reaksi. Oleh karena itu, persamaan reaksi redoks yang sudah setara juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menentukan kadarzat yang terlibat dalam reaksi tersebut. Salah satu penerapanya dilakukan dalam titrasi. Jadi, selain titrasi asam-basa (aside alkalimetri) yang memanfaatkan reaksi asam-basa sebagai dasarnya dan menggunakan indicator asam-basa sebagai penunjuk titik akhir titrasi, titrasi jug dapat dilakukan dengan memanfaatkan reaksi redoks.
            Dengan demikian, titrasi yang menggunakan dasar reaksi redoks dikenal sebagai titrasi oksidimetri dan sebagai indikatornya adalah warna dari zat yang terllibat dalam reaksi tersebut.
            Kalium permangat dan kalium dikromat merupakan oksidator kuat pada suasana asam. Reaksi yang terjadi dapat dinyatakan sebagai berikut :
            MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e- = Mn2+(aq) + 4H2O(l)
            (ungu)                                                       (tidak berwarna)
            Cr2O72-(aq) + 14H­­­+(aq) + 6e- = 2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
            (jingga)                                                      (hijau)
            Perubahan warna yang jelas pada reaksi tersebut berguna dalam penentuan kadar zat melalui titrasi oksidimetri. Titrasi oksidimetri merupakan cara penentuan kadar suatu zat dengan mengoksidasi zat tersebut dengan oksidator kuat. Pada titrasi dengan menggunakan larutan standar KMnO4 dan K2Cr2O7 tidak diperlukan indicator, sebab perubahan warna akibat reaksi redoks yang terjadi sudah cukup jelas. Titrasi oksidimetri dengan oksidator KMnO4 disebut titrasi permanganometri dan bila oksidatornya K2Cr2O7 disebut titrasi kromatometri.
            Melalui proses titrasi oksidimetri, kita dapat menentukan angka peroksida dari suatu zat. Angka peroksida dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida dalam setiap 1000 gram minyak goreng. Angka peroksida itu sendiri menyatakan jumlah minyak goreng yang teroksidasi.
            Rumus untuk mencari angka peroksida adalah sebagai berikut :
                                   
 





Keterangan :
N thio = 0,1

PENUTUP
A.      Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1.        Pada percobaan identifikasi lemak dengan metode uji kelarutan :
·         Dengan menggunakan kloroform, terjadi perubahan warna dari putih bening menjadi kuning.
·         Dengan menggunakan pelarut eter, terjadi perubahan warna dari putih bening menjadi kuning.
·         Dengan menggunakan air, minyak tidak tercampur.
·         Dengan menggunakan Na. Karbonat 1%, minyak menjadi putih keruh.
Hal tersebut menunjukkan bahwa lemak teridentifikasi, karena lemak bersifat tidak larut di dalam air, tetapi larut di dalam pelarut lemak seperti kloroform, eter, dan Natriun karbonat.
2.        Pada uji lemak berdasarkan sifat tidak jenuh, minyak kelapa yang diperlukan dalam percobaan hanya 15 tetes, sedangkan minyak hewan yang diperlukan adalah sebanyak 17 tetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa minyak hewan lebih jenuh daripada minyak kelapa.
3.        Pada percobaan pembentukan akrolein dan dengan menggunakan larutan Cu(OH)2 menunjukkan teridentifikasinya lemak pada minyak kelapa dan gliserol yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
4.        Pada percobaan uji lemak secara kuantitatif dengan menggunakan minyak jelantah, banyaknya larutan Na2S2O3 yang diperlukan lebih banyak daripada percobaan yang menggunakan minyak goreng yang baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah minyak jelantah yang teroksidasi lebih banyak daripada jumlah minyak goreng baru yang teroksidasi.
B.       Saran
Jumlah percobaan yang lebih sedikit akan lebih memudahkan praktikan dalam memahami bagaimana proses pengujian lemak beserta bahan yang digunakan dalam percobaan uji lemak secara kualitatif maupun kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA
1.  M. Suwandi, dkk. Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989.
2.     Fessenden Ralph J. and Fessenden Joan S. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
3.      Wilbraham Antony, C and Matta Michael S. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB, 1992.
4.   Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Buku Ajar Kimia Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM, 2009.
5.    Matthew J. Frontini, Caroline O’Neil, Cynthia Sawyez, Bosco M.C. Chan, Murray W. Huff, J. Geoffrey Pickering. Lipid Incorporation Inhibits Src-Dependent Assembly of Fibronectin and Type I Collagen by Vascular Smooth Muscle cells. Circ. Res. 2009;104;832-841; originally published online Feb 19, 2009.
6.      Geert JA Wanten and Philip C Calder. Immune modulation by parenteral lipid emulsions. The American Journal of Clinical Nutrition. Am J Clin Nutr 2007;85:1171– 84. Printed in USA.  2007 American Society for Nutrition
7.      James K. Leung1, Sylvaine Cases2 and Thiennu H. Vu1.  P311 functions in an alternative pathway of lipid accumulation that is induced by retinoic acidAccepted 16 June 2008. Journal of Cell Science 121, 2751-2758 Published by The Company of Biologists 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar