Senin, 29 Oktober 2012

Praktikum Kimia : Identifikasi Asam Amino dan Protein secara Kualitatif


JUDUL PRAKTIKUM
“Identifikasi Asam Amino dan Protein Secara Kualitatif”

TUJUAN PRAKTIKUM
            Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah menguji adanya asam amino dan protein dengan menggunakan uji pengendapan, Biuret, Xantoprotein, Millon-Nasse, Hopkins-Cole dan Sulfur Test.

METODE PRAKTIKUM
A.    Alat Praktikum
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
  1. Tabung reaksi (10 buah)
  2. Rak tabung reaksi
  3. Pipet tetes
  4. Gelas ukur
  5. Lampu buncen
  6. Penjepit tabunng
  7. Gelas Beker
B.     Bahan Praktikum
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
  1. Putih telur
  2. Aquades
  3. Larutan HCl
  4. Larutan NaOH 1M
  5. Larutan Asam Nitrat pekat
  6. Larutan Ammonium Sulfat
  7. Larutan Asam Asetat encer
  8. Larutan NaOH pekat
  9. Larutan CuSO4 5%
  10. Larutan Asam Nitrat pekat
  11. Larutan Ammonia
  12. Reagen Merkuri Sulfat ( Merkuri Sulfat 1% dilarutkan dalam keadaa  asam sulfat 10%)
  13. Larutan Formaldehid encer
  14. Larutan Asam Sulfat Encer
  15. Larutan NaOH 40%
  16. Larutan Pb-asetat
C.    Cara Kerja Praktikum
1.      menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
2.      memasukkan putih telur ke dalam gelas beker.
3.      melakukan percobaan dimulai  dari uji pengendapan, biuret, Xantoprotein, reaksi Millon-Nasse, reaksi Hopkins-Cole, dan Sulfur Test.
a.            Uji Pengendapan
Tabung A
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 2ml aquades.
·         Mengocok bahan putih telur dan aquades hhingga merata.
·         Menambahkan tetes demi tetes larutan HCl 1ml hingga terbentuklah gumpalan putih.
·         Mencatat banyak tetes HCl yang digunakan.
·         Menambahkan larutan NaOH 1M  sebanyak jumlah tetes HCl yang digunakan.
·         Mengocok tabung reaksi dan mengamati perubahan yang terjdai.
Tabung B
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabunng reaksi.
·         Menambahkan 1ml larutan asam nitrat pekat, sehingga terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam air.
·         Mengamati perubahan yang terjadi pada larutan.
Tabung C
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 2ml aquades.
·         Memanaskan tabung reaksi hingga mendidih.
·         Mengamati gumpalan yang terjadi, kemudian dinginkan.
·         Mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung D
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 0,5ml larutan ammonium sulfat.
·         Mengamati perubahan yang terjadi.
Tabung E
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 1 tetes larutan asam asetat encer, sehingga terbentuk endapan putih.
·         Menambahkan aquades.
·         Mengocok dan mengamati perubahan yang terjadi.
b.            Reaksi Biuret (Reaksi warna)
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 2ml aquades.
·         Menambahkan 3 tetes larutan NaOH pekat dan larutan CuSO4 5%.
·         Mengocok tabung reaksi.
·         Mengamati perubahan warna yang terjadi.
c.             Xantoprptein
·         Memasukkan 1ml putih telur.
·         Menambahkan 2ml aquades.
·         Menambahkan 1ml larutan asam nitrat  pekat.
·         Memanaskan tabung reaksi hingga terbentuk endapan kuning.
·         Mendinginkan tabung reaksi yang telah dipanaskan tadi kemudian membaginya menjadi 2 bagian.
·         Menambahkan ammonia pada tabung 1, sedangkan tabung 2 dibiarkan (tanpa apa-apa).
·         Mengamati perubahan warna yang terjadi.
d.            Reaksi Millon-Nasse
·         Memasukkan 2ml  aquades ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 1ml reagen Merkuri Sulfat (Merkuri Sulfat 1% dilarutkan ke dalam asam sulfat 10%)
·         Memanaskan tabung reaksi hingga terbentuk endapan kuning.
·         Mendinginkan tabung reaksi yang telah dipanaskan tadi di bawah air leding.
·         Menambahkan 1tetes larutan natrium nitrit 1%, kemudian memanaskannya lagi.
·         Menamati perubahan yang terjadi.
e.             Reaksi Hopkiins-Cole (untuk triptopan)
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 1 tetes larutan formaldehid encer (1:500).
·         Menambahkan 1ml reagen Merkuri Sulfat.
·         Menggoyangkan tabung rekasi kemudian menambahkan 1ml asam sulfat pekat perlahan-lahan melalui dinding yang dimiringkann sehingga terbentuk 2 lapisan, dengan lingkaran ungu di bidang atas.
·         Jika tabung reaksi digoyangkan kembali maka seluruh larutan akan berwarna ungu.
f.             Sulfur Test
·         Memasukkan 1ml putih telur ke dalam tabung reaksi.
·         Menambahkan 1ml larutan NaOH 40%.
·         Memanaskan tabung reaksi selama 1menit untuk mengubah sulfur anorganik (Natrium Sulfida).
·         Menambahkan Pb-asetat, maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna coklat atau hitam dari PbS.
4.   mencatat hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan.
5.   membuat laporan serta kesimpulan dari hasil praktikum.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.       Hasil Praktikum
No.
Uji
Putih Telur


Sebelum
Sesudah
1.
Pengendapan



Tabung A
Kuning Bening
berubah menjadi bening, endapan hilang

Tabung B
Kuning Bening
berubah menjadi kuning, ada endapan

Tabung C
Kuning Bening
terdapat gumpalan putih

Tabung D
Kuning Bening
warna putih telur bertambah bening

Tabung E
Kuning Bening
warna putih telur bertambah bening
2.
Biuret
Kuning Bening
berubah menjadi ungu
3.
Xantoprotein



Tabung 1
Kuning Bening
terdapat endapan

Tabung 2
Kuning Bening
menggumpal, kuning keruh
4.
Millon-Nasse
Kuning Bening
tidak terjadi perubahan
5.
Hopkins-Cole
Kuning Bening
berubah menjadi ungu
6.
Sulfur Test
Kuning Bening
berubah menjadi hitam

B.       Pembahasan
ASAM AMINO
Asam amino adalah senyawa yang memiliki gugus amino (-NH2) dan asam karboksilat (-CO2H) pada molekul yang sama. Tetapi bagi kimiawan dan biokimiawan, istilah ini biasanya diartikan sebagai asam amino yang terbentuk dan digunakan dalam makhluk hidup.
Asam amino alami membentuk molekul besar (peptida) dan molekul yang lebih besar lagi (protein). Asam amino yang saling berhubungan membentuk peptida.
Peptida adalah gabungan asam amino yang gugus asam amino alfa dari satu asam bersatu dengan gugus karboksilat alfa dari asam lain, melalui ikatan amida.
Ikatan amida yang terbentuk menjadi peptida selalu berasal dari gugus asam amino alfa dan karboksilat alfa, tidak pernah dari rantai samping. Asam amino lalin dapat ditambahkan lagi melalui cara yang sama yang menghasilkan  rantai panjang.
Ikatan antara gugus karboknil dari satu asam amino dan nitrogen berikutnya dalam rantai peptida disebut ikatan peptida. Semua asam amino yang telah terikat dalam peptida dinamakan residu asam amino.
Semua peptida yang mempunyai lebih dari sepuluh residu asam amino adalah polipeptida. Sedangkan residu asam amino dalam molekul polipeptida selanjutnya disebut runtunan asam amino dari molekjul tersebut.

PROTEIN
Protein Melakukan banyak fungsi penting dalam makhluk hidup
Menurut teori, proses penambahan asam amino pada rantai peptida dapat berlangsung terus. Jika banyaknya residu asam amino lebih besar dari sekitar 100, peptida dinamakan protein. Rata-rata molekul peptida dari 100 residu asam amino berbobot molekul 10.000.
Protein dapat digolongkan berdasarkan fungsi faalnya, antara lain sebagai berikut:
a.                   Protein sebagai pengangkut dan penyimpanan
Hemoglobin adalah protein yang membawa oksigen melalui aliran darah dari jantung ke jaringan yang memerlukannya untuk menghasilkan energi. Myoglobin  menyimpan oksigen dalm otot sampai saat diperlukan untuk menghasilkan energi. Protein lain juhga membantu pengangkutan molekul melewati membran sel.
b.                  Protein sebagai pembentukan jaringan struktural
            Protein struktural adalah komponen penting dalam berbagai jaringan seperti gigi, kulit, urat daging, dan rambut.
c.       Protein sebagai katalis enzim
Katalis enzim adalah segolongan besar protein yang mengkatalisis reaksi biokimia. Katalis (katalisator) adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi tapi ia  sendiri pada akhir reaksi tak mengalami perubahan kimia. Proses mempengaruhi kecepatan reaksi dengan katalisator ini disebut katalisa (katalisis).
d.                  Protein sebagai penggerak
            Pengerutan dan pemanjangn otot diakibatkan oleh interaksi antara molekul protein khusus yang menyusun serat otot.
e.                   Protein sebagai transmisi informasi
            Protein bertindak sebagai penerima impuls saraf dalam sistem saraf. Hormon melakukan aksinya dengan berinteraksi dengan protein penerima pada permukaan sel. Protein adalah penerima cahaya dalam fotosistesis.
f.                   Protein sebagai informasi genetik
            Protein reseptor menendalikan beberapa informasi yang terkandung dalam bahan warisan (genetik) dalam waktu tertentu. Protein ini juga mengatur pertumbuhan sel dan penggandaannya.
            Konformasi Protein
            Protein sederhana adalah molekul yang semata-mata tersusun dari sebuah atau beberapa rantai peptida.
            Protein terkonnjugasi  adalah struktur yang juga melibatkan bagian bukan protein yang disebut gugus prostetik. Gugus prostetik sering kali berupa ion logam atau molekul organik kecil.
            Rantai peptida dari molekul protein yang sejenis selalu terlipat dengan cara yang sama. Pelipatan rantai peptida membentuk molekul protein tertentu disebut dengan konformasi rantai.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi konformasi protein antara lain hadirnya residu asam ammino aromatik atau alifatik dalam rantai peptida, jembatan disulfida, ikatan ion (jembatan garam), dan ikatan hidrogen.
            Denaturasi
            Protein mudah terdenaturasi
Protein yang terlipat ke dalam konformasi rantai yang normal dan aktif secara faal dikatakan berada dalam keadaan alami. Denaturasi terjadi ketika protein alami membentang akibat putusnya jembatn disulfida atau terganggunya gaya tarik lemah.
            Denaturasi protein disebabkan adanya gangguan terhadap gaya lemah dan dalam beberapa hal akibat putusnya jembatan sulfida.
            Denaturasi protein mungkin dapat balik dan mungkin juga tidak.
            Protein pada putih telur membentang dan membeku menjadi bahan serupa karet jika kita merebus telur. Denaturasi ini dapat balik karena protein tersebut tidak mungkin kembali ke keadaan semula.
            Tidak semua protein peka dengan panas. Termolisin adalah enzim pemotong protein dari Bacillus thermophroteolyticus yang hidup di sumber air panas, tidak membentang meskipun dalam air mendidih. pH yang ekstrem dan banyak bahan kimia, terutama pelarut organik dan larutan urea yang pekat, juga dapat menyebabkan denaturasi tidak dapat balik, yaitu dengan mengganggu gaya tarik yang lemah.
            Pada denaturasi yang dapat balik, protein membentang karena adanya senyawa pendenatur seperti larutan urea pekat, tetapi kembali melipat setelah senyawa tersebut tak ada. Denaturasi yang dapat atau tak dapat balik cukup beragam, tergantung pada protein yang bereaksi dan keadaan reaksi.

Pembahasan Hasil Praktikum
  1. Uji pengendapan
a.       Tabung A
Setelah 1 ml putih telur dan 2 ml aquades dicampurkan hingga merata kemudian diberi larutan HCl 1ml maka terbentuklah gumpalan putih. Warna putih telur menjadi putih keruh.
Kemudian setelah ditambahkan larutan NaOH 1M sebanyak jumlah tetes HCl maka  endapan yang ada menjadi hilang. Perubahn warna pada putih telur yang berwarna putih keruh dengan adanya gumpalan putih berubah menjadi kuning bening.
b.            Tabung B
Setelah 1 ml putih telur dan 1 ml larutan asam nitrat dicampurkan maka terbentuklah endapan putih yang tidak larut dalam air dan warna putih telur yang semula berwarna kuning bening berubah menjadi warna kuning.
c.             Tabung C
Setelah 1 ml putih telur dicampurkan dengan 2 ml aquades, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan setelah itu didinginkan maka terdapat gumpalan pada putih telur tersebut.
d.            Tabung D
Setelah 1 ml putih telur dicampurkan 0,5 ml larutan ammonium sulfat maka perubahan yang terjadi pada putih telur yang semula berwarna kuning bening warnanya menjadi lebih bening (bertambah bening / putih bening)
e.             Tabung E
Setelah 1 ml putih telur dicampurkan dengan 1 tetes larutan asam asetat encer, maka terbentuklah endapan putih. Kemudian tambahkan aquades lalu kocok maka perubahan yang terjadi adalah warna menjadi bertambah bening / putih bening.
Perubahan yang terjadi pada uji pengendapan ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein.
  1. Reaksi Biuret (Reaksi warna)
Setelah 1 ml putih telur dicampurkan dengan 2 ml aquades serta dengan menambahkan 3 tetes larutan NaOH pekat dan CuSO4 5%, maka yang terjadi setelah campuran tersebut di kocok adalah perubahan warna yang dari semula berwarna kuning bening menjadi warna ungu yang membuktikan bahwa putih telur mengandung protein.
  1. Xantoprotein
Setelah 1 ml putih telur dicampurkan dengan 2 ml aquades, serta menambahkan 1ml asam nitrat pekat kemudian memanaskannya, perubahan yang terjadi adalah terdapatnya endapan putih pada putih telur tersebut.
Namun setelah putih telur yang tadi didinginkan dan ditambahkan dengan ammonia maka perubahan yang terjadi adalah terdapatnya endapan dan warnanya menjadi kuning keruh. Perubahan yang terjadi ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein.
  1. Reaksi Millon-Nasse (untuk tirosine)
Setelah memanaskan campuran 2 ml aquades dengan 1 ml reagen Merkuri Sulfat (Merkuri Sulfat yang dilarutkan ke dalam asam sulfat 10%) yang kemudian didinginkan di bawah air leding yang kemudian ditambahkan larutan Natriun Nitrit 1 % lalu dipanaskan kembali maka berdasarkan dengan percobaan yang kami lakukan adalah tidak terjadi perubahan pada campuran larutan tersebut. Hal ini mungkin disebabkan kekeliruan saat melakukan praktikum.
  1. Reaksi Hopkins-Cole (untuk triptopan)
Setelah mencampurkan 1 ml putih telur dan 1 tetes larutan foraldehid encer (1:500) lalu menambahkan dengan 1 ml reagen Merkuri sulfat. Kemudian tambahkan 1 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding yang dimiringkan sehingga terbentuk 2 lapisan dengan lingkaran ungu di bidang batas. Dan jika digoyangkan maka seluruh larutan akan berwarna ungu. Perubahan ini menunjukkan bahwa putih telur mengandung protein dalam jenis triptopan.
  1. Sulfur Test
Setelah memanaskan campuran 1 ml putih telur dengan 1 ml NaOH 40% selama 1 menit untuk mengubah sulfur organik menjadi sulfur anorganik (Natrium Sulfida), kemudian campuran tadi ditambahkan kembali dengan Pb-asetat maka perubahan yang terjadi adalah dari putih telur yang semula berwarna kuning bening berubah menjadi warna hitam (dari PbS). Perubahan ini menunjukkan bahwa putih telur mengan dung protein.

Asam amino adalah biomolekul kecil (BM sekitar 135) dan memiliki struktur yang terdiri dari gugus asam karboksilat dan gugus amina. Struktur asam amino dapat digambarkan sebagai berikut :
                                                
 

    R – CH – COOH
                                                             |
                                                           NH2

Gugus NH2 ­disebut juga gugus amino alfa dan atom C merupakan karbon alfa. R merupakan rantai samping yang mempengaruhi perbedaan sifat asam amino Asam amino dihubungkan satu dengan yang lainnya melalui ikatan peptida. Selain itu, terdapat pula gugus-gugus lain yang menyebabkan adanya berbagai macam protein dalam organisme yang semuanya disintesis berdasarkan sandi genetik yang terdapat dalam kromosom. Sandi genetik ini menentukan urutan asam amino yang terkandung dalam molekul protein. Asam amino yang mempunyai rantai samping dibedakan menjadi tujuh macam yaitu:
  1. Rantai samping alfatik contohnya adalah alaninia, valina, leusina, isoleusina dan prolin
  2. Rantai sampinag aromatik contohnya adalah fenilanalina, tirosina dan triptofan
  3. Rantai samping asam contihnya adalah asam aspartat dan glutamat
  4. Rantai samping amida  contohnya adalah aspragina dan glutamina masing-masing adalah amida dari aspartat dan glutamat
  5. Rantai samping basa, tiga asam amino yang mengandung nitrogen yaitu arginina, lisina dan histidin
  6. Rantai samping mengandung balerang contohnya adalah metionina dan sistena
  7. Rantai samping hidrosklik, asam amino dalam golongan ini adalah asam amino yang gugus Rnya memiliki ikatan polar C-O, C-N, O-H yaitu glisin, serin, treonin, sisteina, tirosin, asam glutamat, saparagina. Glutamina, arginina, lisina dan histidin.

Menurut polaritas molekulnya asam amino dibedakan atas asam amino polar dan asam amino non polar.
  1. Asam amino polar
Asam amino polar adalah asam amino yang gugus Rnya memiliki ikatan polar C-O, C-N dan O-H yaitu glisin, serin, treonin, tirosina, asam glutamat asparagina, glutamina, arginina, lisina dan histidin
  1. Asam amino non polar
Asam amino non polar adalah asam amino  yang gugus R nya memiliki ikatan non polar C-C, C-H yaitu alanina, valin, leusin, isoleusina, metionina, fenilanalina,triptofan dan prolin.

Asam amino membentuk garam internal yang disebut ion zwitter. Proton yang lemah dari asam karboksilat mudah dialihkan kepada gugus asam amino, yaitu basa lemah, sehingga terbentuklah garam internal. Dalam wujud padatan murni dan dalam larutan berair di sekitar pH netral, asam amino hampir seluruhnya berada sebagai ion zwitter
Protein merupakan senyawa makromolekul yang terdiri dari satuan-satuan asam amino dengan ikatan peptida. Protein ditemukan di dalam semua sel dan semua bagian sel. Protein merupakan instrumen molekuler yang mengekspresikan informasi genetik dan mempunyai berbagai peranan biologis seperti katalisator, transpor, nutrien dan penyimpan, kontraksi, peranan struktural, proteksi, pengatur, regulasi, hormonal dan pengaturan gen.
Protein mempunyai struktur yang unik (khas) dan berat molekul yang spesifik. Meskipun demikian, protein sangat sukar dimurnikan karena protein terdapat dalm bentuk kompleks bersama lipda dan karbohidrat, juga sebagai campuran dengan protein lainnya.
Fektor tambahan lain yang membuat protein sukar dimurnikan yaitu mudah sekali rusak oleh panas, asam, basa dan pelarut organik. Bila suatu protein bentuk alamiahnya sudah rusak dikatakan bahwa ia terdenaturasi. Protein yang terdenaturasi masih mengandung urutan asam amino yang asli tetapi kehilangan struktur tiga dimensinya yang unik (khas) dimana kerapkali terletak aktifitas biologisnya. Beberapa protein dapat dikembalikan kebentuk aslinya apabila lingkungan asalnya dikembalikan kebentuk aslinya apabila lingkungan aslalnya dikembalikan tetapi tidak semua protein mempunyai sifat seperti ini.  
Protein mempunyai klasifikasi yang dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu protein serat, protein bujur telur dan protein gabungan.
            Protein serat adalah bentuk protein yang tidak larut ditemukan dalam kulit, rambut, jaringan pengikat dan tulang. Protein ini dapat dibagi lagi menjadi collagen yaitu protein pokok dari jaringan pengikat, tulang, gigi dan tendon; dan keratin protein pokok dari kulit, kuku, sayap dan rambut.
            Protein bujur telur bentuknya bujur telur atau bulat lonjong. Umumnya(tetapi tidak selalu) larut dalam air/ protein ini lebih mudah diklasifikasi menurut fungsimga dengan menggunakan klasifikasi yang lebih modern contohnya pada enzim atau hormon.
            Protein gabungan adalah protein yang bergabung dengan senyawa bukan protein. Misalnya protein dalam hemoglobn bergabung dengan besi yang mengandung heme bukan protein. Protein gabungan yang khas lainnya adalah nukleoprotein (protein yang bergabung dengan asam nukleat), mukoprotein (protein yang bergabung dengan polisakarida dan mukus) dan lipoprotein (protein yang bergabung dengan lipid lipid seperti kolesterol).
            Protein merupakan senyawa penting yang sangat berperan dalam proses penurunan sifat terhadap keturunan. Oleh karenanya, jika ada kesalahan dalam menterjemahkan asam amino-asam amino dari triplet basa DNA, maka akan terjadi kelainan atau penyakit bawaan, semisal Osteogenesis Imperfecta.
            Pada 15% kasus Osteogenasis Imperfecta, tidak ditemukan mutasi kollagen. Hal tersebut mengidentifikasikan adanya kelainan yang disebabkan oleh gen-gen yang lain. Gen yang lain tersebut diidentifikasi sebagai CRTAP, gen yang dikode oleh protein esensial pada modifikasi kolagen tipe I dan tipe II.
            Di samping merupakan senyawa penting yang sangat berperan dalam proses penurunan sifat, protein, khususnya yang terdapat di dalam urin, merupakan salah satu variabel dari Baseline. Variabel-variabel yang lainnya antara lain adalah umur, jenis kelamin, tekanan darah, dll.
            Di alam bebas, banyak sekali ditemukan berbagai jenis protein, di antaranya adalah protein C aktif. Protein C tersebut diaktifkan oleh trombin yang merupakan produk koagulasi cascade ke reseptornya, trombo modulin, di salah satu permukaan glomerular endothelial sel. Ultrafiltrat darah memproduksi dinding kapiler glomerular yang terbuat dari endothelial sel, basement membran, dan glomerular epithelial sel.
            Pada penderita diabetes nephropathy, produksi protein C aktif di glumerulus tidak normal. Hal tersebut disebabkan hiperglisemi-induksi repression dari ekspresi thrombo modulin. Fungsi aktif dari protein C aktif berdampak pada permeabilitas dinding kapiler glomerulus, lebih relevan jika disebut patopsikologidari diabetes nephropathy.

PENUTUP
A.      SIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1.        Reaksi Molisch akan mengidentifikasi adanya setiap jenis karbohidrat, baik  aldosa maupun ketosa, ditandai dengan adanya cincin berwarna ungu.
2.        Reaksi Benedict bereaksi positif terhadap glukosa dan fruktosa, ditandai dengan adanya endapan.
3.        Reaksi Seliwanoff bereaksi positif terhadap fruktosa dan sukrosa, namun bereaksi negative terhadap glukosa.
4.        Reaksi Tollens bereaksi posiitif jika terdapat semacam cincin perak pada dinding tabung. Cincin perak tersebut merupakan hasil dari reaksi oksidasi Ag+
B.       SARAN
Mengingat banyaknya percobaan yang dilakukan, maka akan lebih baik jika alokasi waktu yang disediakan lebih banyak, sehingga dapat dilakukan pengulangan percobaan jika didapatkan hasil yang kurang meyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA
1.     Fessenden Ralph J. and Fessenden Joan S. Dasar-Dasar Kimai Organik. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
2.      Wilbraham Antony, C and Matta Michael S. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB, 1992.
3.    Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Buku Ajar Kimia Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM, 2009.
4.   The ESCAPE Trial Group et Strict Blood-Preassure Control and Progression of Renal Failure in Children. N ENGL J MED 361;17. 2009. 1639-1650.
5.      Gilbert, Richard E. et Activated Protein C and Diabetic Naphropathy. N ENGL J MED 358;15. 2008. 1628-1630.
6.   Barnes, Aileen M. et Deficiency of Cartilage-Associated Protein in Recessive Lethal Osteogenesis Imperfecta. N ENGL J MED 355;26. 2006. 2757-2764.