JUDUL PRAKTIKUM
“Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum oleh Enzim Amilase”
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan praktikum kali ini antara lain adalah sebagai berikut:
-
menetapkan
konstanta Michaelis-Menten.
-
mempelajari
pengaruh penambahan substrat terhadap kecepatan reaksi.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat Praktikum
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
- Tabung reaksi
(6 buah)
- Rak tabung
reaksi
- Corong kaca
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Stopwatch
B.
Bahan Praktikum
Bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah:
- Saliva
- Iodium
- Amilum
C.
Cara Praktikum
- menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
- memasukkan amilum ke dalam masing-masing tabung reaksi dengan
keterangan sebagai berikut:
- tabung A masukkan 5ml amilum
- tabung B masukkan 6ml amilum
- tabung C masukkan 7ml amilum
- tabung D masukkan 8ml amilum
- tabung E masukkan 9ml amilum
- tabung F masukkan 10ml amilum
- menambahkan masing-masing 1ml saliva ke dalam tabung reaksi yang telah
diisi dengan amilum.
- menambahkan masing-masing 2 tetes iodium pada masing-masing tabung.
- mengaduk tabung reaksi hingga terjadi perubahan warna dari warna biru
menjadi tidak berwarna.
- mengamati perubahan warna yang terjadi.
- menghitung waktu yang diperlukan untuk perubahan warna tersebut.
- mencatat hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilakukan.
- membuat laporan serta kesimpulan dari hasil praktikum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
Hasil dari praktikum ini dapat digambarkan
dengan tabel di bawah ini:
No.
|
Tabung
|
Waktu (detik)
|
Keterangan
|
1.
|
A
|
56
|
1ml saliva + 5ml amilum + 2 tetes
iodium
|
2.
|
B
|
57
|
1ml saliva + 6ml amilum + 2 tetes
iodium
|
3.
|
C
|
61
|
1ml saliva + 7ml amilum + 2 tetes
iodium
|
4.
|
D
|
29
|
1ml saliva + 8ml amilum + 2 tetes
iodium
|
5.
|
E
|
17
|
1ml saliva + 9ml amilum + 2 tetes
iodium
|
6.
|
F
|
16
|
1ml saliva + 10ml amilum + 2 tetes
iodium
|
Keterangan:
Waktu (detik) menunjukkan waktu yang
diperlukan untuk perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
B.
Pembahasan
Reaksi kimia adalah
prosses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses tersebut ada yang
berjalan dengan cepat dan ada yang lambat. Kecepatan (laju) reaksi tersebut
disebut dengan kinetika kimia.
Pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan
reaksi sesuai yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
dikenal ada 6 macam, antara lain sebagai berikut:
a.
Keadaan fisik dari zat
Pada umumnys gas
bereaksi lebih cepat daripada zat cair sedangkan reaksi antara zat padat akan
lebih lambat lagi. Bila larutan Na2SO4 dan larutan Ba(NO3)2 dicampur akan
segera terbentuk BaSO4. Hal ini karena masing-masing ada dalam bentuk ion dalam
larutan. Sedangkan bila zat padat Na2SO4 + Ba(NO3)2 direaksikan tak akan
terbentuk BaSO4, walaupun sudah ada bentuk ion-ionnya. Asam asetat glasial dan
alkohol absolut reaksinya lambat karena berada dalam bentuk molekul.
b.
Sifat pereaksi
Salah satu faktor
penentu laju reaksi adalah sifat pereaksinya, ada yang reaktif dan ada yang
kurang reaktif, misalnya bensin lebih cepat terbakar daripada minyak tanah.
Demikian juga logam natrium bereaksi cepat dengan air, sedangkan logam
magnesium lambat.
c.
Cahaya
Cahaya dapat
mempengaruhi reaksi kimia misalnya : terurainya garam perak, H2O2, reaksi antara H2 dan Cl2, sentesa karbohidrat dalam
tanaman hijau dan lain-lain. Reaksi tersebut dinamakan reaksi kimia.
d.
Konsentrasi pereaksi
Dua molekul yang akan
bereaksi harus bertabrakan langsung. Jika konsentrasi pereaksi diperbesar,
berarti kerapatannya bertambah dan akan memperbanyak
kemungkinan tabrakan sehingga akan mempercepat reaksi. Akan tetapi kita harus
ingat bahwa tidak selalu pertambahan konsentrasi pereaksi meningkatkan laju
reaksi, karena laju reaksi dipengaruhi juga oleh faktor lain.
Hanya sebagian kecil
dari tumbukan molekul yang efektif dalam membentuk reaksi kimia didasarkan pada
2 faktor:
1. Hanya molekul-molekul yang lebih energetik
dalam campuran reksi yang akan menghasilkan reaksi sebagai hasil tumbukan.
2. Kemungkinan (probabilities)
suatu tumbukan untuk menghasilkan reaksi kimia tergantung dari orientasi
molekul yang bertumbukan.
Energi
yang harus dimiliki molekul untuk dapat bereaksi disebut energi aktivitasi.
e.
Suhu
Secara
praktek kita ketahui bahwa reaksi-reaksi kimia cenderung berlanngsung lebih
cepat pada suhu yang lebih tinggi. Kita mempercepat reaksi biokimia tertentu dengan meningkatkan
suhu, misalnya pada pemasakan makanan. Di lain pihak, kita memperlambat
beberapa reaksi dengan menurunkan suhu, seperti halnya pendinginan atau
pembekuan makanan uuntuk mencegah pembusukan.
Hampir semua pereaksi menjadi
lebih cepat bila suhu dinaikkan, karena kalor yang diberikan akan menambah
energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya, jumlah dan energi tabrakan
bertambah besar. Frekuensi tumbukan meningkat dengan meningkatnya suhu.
f.
Katalis
Laju suatu reaksi dapat diubah
(umumnya dipercepat) dengan menambah zat yang disebut katalis. Katalis sangat diperlukan
dalam reaksi organik, termasuk dalam organisme. Katalis dalam organisme disebut
enzim dan dapat mempercepat reaksi ratusan sampai puluhan ribu kali.
Katalis (katalisator) adalah
suatu zat yang dapat mempengaruhi kecepatan suatu reaksi tapi ia sendiri pada akhir reaksi tak mengalami
perubahan kimia. Proses mempengaruhi kecepatan reaksi dengan katalisator ini
disebut katalisa (katalisis).
Ada 2 macam katalisator:
1.
katalisator
positif, yang mempercepat reaksi.
2.
katalisator
negatif, (inhibitor) yang memperlambat reaksi.
Macam-macam istilah dalam katalis:
· Katalis homogen, yaitu apabila zat-zat
yang bereaksi (rektan) dan katalis berada dalam satu fasa.
· Katalis heterogen, yaitu katalis yang
membentuk fasa terpisah dengan zat-zat yang bereaksi.
· Autokatalis, yaitu reaksi yang dikatalisa
oleh salah satu hasil reaksinya.
· Racun katalis, yaitu zat-zat asing yang
dapat menghambat kerja dari beberapa katalis.
Enzim
Bannyak reaksi-reaksi biologis
yang tergantung dari adanya suatu katalis organik yang dikenal dengan sebutan
enzim yang disebut juga dengan biokatalis.
Enzim adalah suatu
persenyawaan protein yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Kerjanya sama dengan
katalisator, tetapi enzim sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya
(environment). Karena meerupakan suatu protein, jadi suatu amfolit sehingga
kerjanya tergantung dari pH larutan sekitarnya
Konsentrasi dari zat-zat lain
terutama elektrolit sering memegang peranan dalam kerja enzim. Kenaiakan
temperatur dalam batas-batas tertentu akan mempercepat kerja enzim tetapi
temperatur lebih tinggi akan merusak enzim tersebut.
Contoh:
-
Enzim
amilase/diatase merubah amilum menjadi maltose.
-
Enzim
tripsin merubah protein menjadi asam-asam amino.
-
Enzim
pepsin merubah protein kompleks menjadi protein sederhana.
-
Enzim
maltase merubah maltose menjadi dekstrose.
Keluarga α-amilase adalah
keluarga basa terbesar pada hidrolisis glikolisis, dan bersama dengan enzim
aktif dan substrat yang spesifik membentuk α-1,4-glikosidic bonds. Α-amilase
dari hipertermopilik bakteri hermotoga
maritima ini mampu menghidrolisis α-1,4-glikosidic bonds dalam variasi
α-glutants pada suhu optimal 850C.
Efisiasi dari bakteri E.Coly
dapat memproduksi α-amilase dari pertumbuhan Bacillus Stearothermophilus, kebutuhan nutrisi, dan morpologinya.
Bakteri dari α-amilase yang berasala dari subfamili GH13_5 dipengaruhi oleh
enzim yang berasal dari spesies Basillus dan Cytophaga dan biasanya digunakan
dalam perindustrian.
Pangkreas memproduksi berbagai
macam enzim, diantaranya adalah α-amilase dan tripsin yang berguna dalam
merespon hidrolisis nutrisi secara parsial. Produksi enzim oleh pankreas
biasanya tergantung atau dipengaruhi oleh massa pangkreas itu sendiri, ukuran
dan jumlah sel, sehingga menyebabkan efek atau pengaruh yang cukup besar.
Enzim-enzim yang dihasilkan
pankreas dan glukosidase intestinal merupakan enzim pemecah karbohidrat.
Inhibitor dari enzim-enzim tersebut akan efektif pada saat penyerapan atau
sintesis glukosa.
Α-amilase sendiri berguna
dalam hidrolisis enzim dan kloning dari enzim yang sekarakter dengan E.Coly. Di
samping itu, enzim amilase juga dapat mencegah pertumbuhan ”rumen tissue”,
yaitu ketika konsentrasinya tepat sebesar 6,726 dan 9,420 Du/d.
Pada orang yang menderita
diabetes millitus, ekstrak tanaman mengandung 50% konsentrasi inhibitor bagi
α-amilase karena mengandung methanol dan kloropil.
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Penentuan kecepatan reaksi antara amilum
dengan enzim amilase yang terdapat dalam saliva merupakan salah satu cara yang
dapat mendiskripsikan kecepatan pemecahan amilum di dalam tubuh.
2. Secara garis besar, pada pengujian kecepatan
reaksi antara amilum dengan enzim amilase, didapatkan bahwa semakin banyak
amilum yang bereaksi maka akan semakin cepat kecepatan reaksinya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
reaksi adalah :
- Keadaan
fisik zat
- Sifat
pereaksi
- Cahaya
- Konsentrasi
pereaksi
- Suhu
- katalis
B.
Saran
Dengan adanya sampel saliva
dari beberapa orang naracoba yang diuji dalam suatu kelompok, maka praktikan
akan dapat membandingkan kecepatan reaksi antara amilum dan enzim amilase dari
masing-masing sampel saliva tersebut. Jika terjadi perbedaan kecepatannyanya,
maka hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk menentukan atau menyimpulkan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara amilum dan
enzim amilase yang ada pada saliva.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhat
Menaksi, Zinjarde Smita S., et all. Antideabetic
Indian Plants : a Good Source of Potent Amylase Inhibitors. 2008 : 2-4
2. Damian-Almazo
Juanita Yazmin, Moreno Alina, et all., Enhancement
of the Alcoholytic Activity of a-Amilase AmyA form
Thermotoga Maritime MSB8 (DSM3109) By Site-Directed Mutagenesis. 2008 : 74 : 5168
3. Heinriks
A. J., Kahoe S. I., Tricaricof A. M., Gehman C. M., Jones and J, Effect of Amilase and Rumen Development in
Neonatal Dairy Calves. 2007 : 23 : 64
4.
Kaaij
R. M., Van Der Janecek S., Maarel M. J. E., C Van Der and Dhikhuizen L. Phylogenetic And Biochamical
Characterization of a Novel Cluster of Intracellular Fungal a-Amilase
Enzimes. 2007 : 153 :
4013
5. Onderci,
Sahin, et all. Efficacy of Suplementation
of a-Amylase
Producing Bacterial Culture on The Performance, Nutrient Use and Gut Morphology
of Broiler Chikens Fed a Corn-Based Diet. 2007
6.
Stam
Mark R., Danchin Etiene G. J., et all. Dividing
the Large Glycoside Hydrolase Family 1 3 into Subfamilies : Towards Inproved
Functional Annotation of a-Amilase-Relted Proteins. 2006 : 19 : 555
7. Swanson
K.C., Kelly N., Salim H., Wang Y. J., Holligan S., Fan M. Z., and McBride B.
W.. Pancreatic Mass, Cellularity, and a-Amilase
Trypsin Activity in Feedlot Steers Fed Diets Differing in Crude Protein
Concentration. 2008 : 86
: 910-913
8. Ralph
H., Petrucci Suminar. 1987. Kimia Dasar
Perinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4 jilid 2. Jakarta : Erlangga.
9.
Cotton,
Geiffrey Albert, Wilkinson. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. Jakarta : UI.
10. Sukmariah M., Kamianti A. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta :
Binarupa Aksara.
11. Syukri S,. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar