Senin, 29 Oktober 2012

Praktikum Kimia : Identifikasi Kandungan Cairan Infus Secara Kualitatif


JUDUL PRAKTIKUM
“Identifikasi kandungan cairan infus secara kualitatif”

TUJUAN PRAKTIKUM
            Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain adalah mengidentifikasi lemak dengan menggunakan uji kelarutan dan emulsi, pembentukan akrolein, dan larutan Cu(OH)2, serta uji kuantitatif menggunakan penentuan angka peroksida.

METODE PRAKTIKUM
A.    Alat Praktikum
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
  1. Tabung reaksi
  2. Rak tabung reaksi
  3. Pipet tetes
  4. Gelas ukur
  5. Gelas beker
  6. lampu spritus
  7. Stopwatch
  8. Penjepit tabung reaksi
  9. Tissue
B.     Bahan Praktikum
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1.      cairan infus
2.      pereaksi Molisch
3.      larutan asam sulfat pekat
4.      larutan 0,1M glukosa
5.      larutan sukrosa
6.      larutan fruktosa
7.      larutan kanji 1%
8.      larutan maltosa
9.      larutan CuSO4 5%
10.  larutan NaOH 10%
11.  gliserol
12.  larutan Benedict
13.  pereaksi Seliwanoff
14.  perak nitrat 5%
15.  larutan NaOH
16.  larutan ammonium hidroksida
C.    Cara Kerja Praktikum
·         menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.
·         memasukkan cairan infus ke dalam gelas ukur.
·         melakukan percobaan dimulai dari uji Molisch, uji Tommer, Benedict, Barfoed, Seliwanoff, dan uji Tollens.
a.      Uji Molisch
1.      memasukkan 2ml cairan infus ke dalam tabung reaksi.
2.      menambahkan 2 tetes pereaksi Molisch, dan mencampurnya dengan benar.
3.      memiringkan tabung dan mengalirkan dengan hati-hati 2ml asam sulfat melalui dinding tabung sehingga tidak bercampur.
4.      mengamati perubahan yang terjadi, reakso positif ditandai dengan pembentukan cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan cairan.
5.      melakukan tes yang sama (perlakuan yang sama) seperti di atas nemun cairan infus diganti dengan larutan 0,1M glukosa, sukrosa, fruktosa, maltosa, dan larutan kanji 1% pada masing-masinng tabung reaksi.
b.      Uji Tommer
1.      memasukkan masing-masing 2ml cairan infus ke dalam 2 tabung reaksi.
2.      menambahkan masing-masing 2ml gliserol dan 2ml cairan infus.
3.      menambahkan masing-masing tabung reaksi dengan 2 tetes larutan CuSO4 5% dan 4 tetes larutan NaOH 10%.
4.      memanaskan kesua tabung tersebut.
5.      mengamati perubahan yang terjadi, pada tabung yang berisi glukosa akan terbentuk endapan merah atau kunning sedangkan yang berisi gliserol tidak mengalami perubahan.
c.       Reaksi Benedict
1.      memasukkan 1ml larutan Benedict ke dalam tabung reaksi.
2.      menambahkan 4 tetes larutan yang akan diperiksa (cairan infus).
3.      mencampurkan dan mendidihkan selama 2 menit, kemudian dinginkan.
4.      mengamati perubahan yang terjadi, endapan warna hijau, kuning, atau merah menandakan reaksi positif. Namun perubahan warna saja tidak berarti positif.
5.      melakukan percobaan kembali dengan larutan 0,1M  g;ukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan larutan kanji 1%.
d.      Reaksi Barfoed
1.      memasukkan 1ml larutan Barfoed dan 1ml larutan yang akan di uji.
2.      memanaskan ke dalam air mendidih selama 3 menit.
3.      mendinginkan dalam air selama 2 menit.
4.      menambahkan 1ml pereaksi warna fosfolibdat.
5.      mengamati perubahan warna yang terjadi, warna biru tua menunjukkan adanya monosakarida atau disakarida dalam jumlah yang sangat berlebihan.
6.      melakukan percobaan kembali dengan larutan 0,01M fruktosa sukrosa dan glukosa.
e.       Reaksi Seliwanoff
1.      memasukkan 0,5ml larutan yang akan diperiksa ke dalam tabung reaksi.
2.      menambahkan 5ml pereaksi Seliwanoff.
3.      mencampurkan dan mendidihkan selama 30 detik.
4.      mengamati perubahan warna yang terjadi.
5.      melakukan percobaan kembali dengan larutan 0,01M fruktosa, sukrosa, dan glukosa.
f.       Uji Tollens
1.      memasukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml perak nitrat 5%, 2 tetes NaOH dan ammonium hidroksida encer tetes demi tetes sambil digoyangkan agar endapan perk oksida dapat larut.
2.      menambahkan 1ml cairan infus.
3.      menyumbat tabung dan mengocok beberapa saat, mendiamkan kira-kira 10 menit.
4.      mengamati cincin perak yang terjadi pada dinding tabung.
5.      melakukan percobaan kembali dengan larutan 0,01M fruktosa, sukrosa dan galaktosa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil Praktikum
Dari beberapa uji yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut.
Uji
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Pati
Laktosa
Gliserol
Cairan Infus 10%
Molisch
+
+
+
+


+
Tommer
+




-
+
Benedict
+
+
-
-
+

+
Barfoed







Seliwanoff
-
+
+



-
Tollens
+
+
+
-


+
Keterangan  :


 
         =   Bahan tidak diujikan
      (+)             =   Reaksi positif
      (-)              =   Reaksi negatif
1.      Untuk uji molisch, reaksi positif jika terbentuk cincin berwarna ungu.
2.      Untuk uji tommer, reaksi positif jika terbentuk endapan berwarna merah atau kuning.
3.      Untuk uji benedict, reaksi positif jika terbentuk endapan berwarna merah, kuning atau hijau.
4.      Untuk uji seliwanoff, reaksi positif jika terjadi perubahan warna larutan menjadi merah anggur.
5.      Untuk uji tollens, reaksi positif jika terbentuk cincin perak pada dinding tabung.

B.        Pembahasan
1.                  Uji Molisch
Uji molisch adalah uji pertama yang dilakukan. Pereaksi molisch merupakan larutan alpha-naftol yang ada dalam 5% etanol.. Dalam uji ini digunakan asam kuat H2SO4 untuk memberikan suasana asam. Prinsip dasar dari reaksi molisch adalah ikatan glikosida pada karbohidrat akan terhidrolisis oleh H2SO4 (pekat) menghasilkan monosakarida yang kemudian membentuk furfural yang berikatan dengan alpha nafthol sehingga membuat cincin ungu. 1
Pada  reaksi Molisch berlaku untuk setiap macam karbohidrat baik dalam keadan bebas ataupun terikat oleh karena itu  uji Molisch biasanya digunakan sebagai identifikasi awal dari karbohidrat.  Dasar reaksi dari Molisch adalah pembentukan furfural atau turunannya disebabkan daya dehidrasi asam pekat terhadap karbohidrat.
Pada tabel  terlihat bahwa glukosa, fruktosa, sukrosa, menghasilkan  reaksi yang positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin  berwarna ungu  akibat adanya reaksi antara alfa- naftol dengan furfural pada batas kedua cairan tersebut.  Berikut ini merupakan reaksi umumnya :
CHO

O
 
CHOH                                                                                                                       

O
 

H
 
CHOH            +HCL                                                     C                  + 3H2O
CHOH
CH2OH                                                   Furfural         3
Pentosa                                                                       
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan bahwa semua bahan yang diuji memberikan hasil positif yaitu dengan terbentuknya cincin berwarna ungu. Jadi, uji molisch akan memberikan reaksi positif pada larutan glukosa,fruktosa, sukrosa, laktosa, pati dan cairan infus.
Jika dilihat dari jenis bahan yang diujikan, maka semua bahan mewakili semua jenis karbohidrat, baik itu monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sukrosa) atau polisakarida ( pati ). Sehingga dapat dikatakan bahwa uji molisch merupakan uji pertama yang dilakukan untuk menentukan apakah suatu zat mengandung karbohidrat atau tidak. Cairan infus yang diuji juga memberikan reaksi positif, berarti di dalam cairan infus terkandung karbohidrat. Akan tetapi, uji molisch tidak dapat mengidentfikasi jenis karbohidrat secara lebih spesifik lagi. Oleh karena itulah, diperlukan pengujian lebih lanjut untuk menentukan jenis karbohidrat yang terkandung.
2.                  Uji Tommer
Pada uji tommer, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah atau kuning. Perubahan warna ini terjadi karena reaksi reduksi oksidasi, dimana glukosa memiliki gugus –OH laktol bebas yang dapat mereduksi dan melarutkan Cu(OH)2
Uji tommer digunakan untuk membedakan karbohidrat dan gliserol,yaitu alkohol gula trihidroksi yang mengandung banyak lemak. Uji tommer akan memberikan reaksi positif pada glukosa dan reaksi negatif untuk gliserol. Pada percobaan, didapatkan bahwa cairan infus memberikan reaksi positif. Jadi, diketahui bahwa di dalam cairan infus memang terkandung karbohidrat.
Mekanisme reaksi Tommer :
C6H12O6 + CuSO4  +  2 NaOH            C6H12O6 + Cu(OH)2 + Na2SO
Endapan kuning  adalah pelarut Cu(OH)2 oleh glukosa (polialkohol)
Gula dapat dibedakan menjadi gula pereduksi dan bukan pereduksi berdasarkan reaksinya terhadap Pereaksi Benedict, Tollens dan Fehling. Apabila gula bisa dioksidasi oleh pereaksi ini, maka gula tersebut termasuk gula pereduksi, begitu pula sebaliknya. 1
3.                  Uji Benedict
Reagen benedict yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat digunakan pada percobaan ketiga. Prinsip dari reaksi ini adalah redoks dimana ion Cu2+ direduksi menjadi Cu+ oleh senyawa yang bersifat sebagai pereduktor sehingga reaksi ini positif terhadap gula pereduksi yang mengandung gugus aldehid dan ditandai dengan adanya endapan warna merah bata. 1 Reaksi pembentukan warna pada percobaan reaksi Benedict , sebagai berikut :
2 Cu(OH)2        dipanaskan              Cu2O + H2O + O
Hasil positif ini ada beberapa macam. Semakin bewarna merah bata maka semakin positif hasil yang diperoleh. Bila endapannya sedikit dan warna yang ditimbulkan merupakan campuran sedikit merah bata dan biru hijau, maka hasilnya dikatakan positif satu. Makin banyak endapan merahnya maka campuran menjadi bewarna kuning, dikatakan positif dua. Bila endapan merah batanya semakin banyak sedangkan CuSO4 hampir habis sehingga yang terlihat adalah endapan merah batanya, maka hasilnya positif tiga. Kanji, sukrosa, urine pria maupun wanita tidak bereaksi positif karena tidak mempunyai gugus aldehid yang dapat mengikat OH, dan kanji merupakan polisakarida yang memerlukan waktu yang lama untuk bereaksi karena harus dihidrolisis lebih dahulu.
Pereaksi benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 serta Natrium sitrat. Untuk memberikan reaksi positif, karbohidrat harus mengandung hemiketal yang akan dihidrolisis dalam larutan menjadi bentuk aldehid. Pereaksi benedict adalah larutan basa yang mengandung ion Cu2+, yang mengoksidasi aldehid menjadi asam carboxylic. Selanjutnya, ion Cu2+ akan direduksi menjadi endapan Cu2O yang memberikan warna merah bata. 1,11
   Aldosa +  2Cu2+  +  4OH- ----->   Asam aldonat  +  Cu2O  +  2H2O
Aldosa dalam lingkungan basa akan mudah dioksidasi menjadi asam aldonat, meskipun dengan oksidator yang sangat lemah. Oksidator yang banyak digunakan adalah ion Cu2+ ( reaksi benedict ) dan Ag+ ( reaski tollens ). Hal ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya aldosa dalam zat yang diuji, misalnya pada uji benedict dan tollens. 1
Uji benedict pada percobaan, memberikan reaksi positif untuk glukosa, fruktosa dan cairan infus, sedangkan untuk sukrosa dan pati reaksinya negatif. Glukosa dan fruktosa merupakan gula pereduksi, sedangkan sukrosa dan pati termasuk golongan bukan pereduksi. Cairan infus yang memberikan reaksi yang sama seperti glukosa dan fruktosa, menunjukkan bahwa jenis gula yang terkandung dalam cairan infus termasuk golongan gula pereduksi.
4.                  Uji Tollens
Pada reaksi Tollens larutan ion perak beramoniak direduksi oleh aldosa menjadi logam perak, sedangkan aldosa dioksidasi menjadi asam aldonat.  Ketosa tidak dioksidasi pada reaksi ini.  Reaksi positif  ditandai dengan adanya endapan perak. Pada tabel 6, glukosa dan laktosa memberikan hasil positif karena kedua larutan tersebut merupakan aldosa yang mampu mereduksi ion perak beramoniak menjadi logam perak, dengan Ag sbagai oksidatornya.  Reaksinya :
2AgNO3 + 2NaOH                 2AgO  + H2O + 2 NaNO3
Ag2O + 4NH3OH              2Ag (NH3)OH    (reagen Tollens)
            O
R         C         O  +  2 AG(NH3)OH               R        C         ONH4+     
2AgO + 3NH3 + H2O       4
Pada larutan sukrosa hasil reaksinya negatif karena sukrosa mengandung gugus keton sekaligus bukan gula pereduksi.
Reaksi tollens hampis sama dengan reaksi benedict, hanya saja oksidator yang dipakai adalah ion perak. Pereaksi tollens terdiri dari AgNO3 dan NH3. Dalam medium basa, aldosa akan mengalami reaksi oksidasi dengan Ag+ sehingga pada akhir reaksi akan terbentuk cermin perak pada dinding tabung yang merupakan endapan dari Ag. Reaksi tollens memberikan reaksi positif untuk semua bahan yang diuji, kecuali pati. 1
5.         Uji Barfoed
Uji selanjutnya adalah uji Barfoed. Akan tetapi, uji ini tidak dilakukan pada praktikum karena tidak adanya bahan. Uji Barfoed dapat digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Prinsip dasar reaksi dari uji barfoed merupakan hidrolisis yang berpatokan pada waktu. Pereaksi Barfoed akan bereaksi dengan monosakarida untuk menghasilkan Cu2O dalam waktu yang lebih cepat daripada jika bereaksi dengan disakarida.1
RCHO  +  2Cu2+  +  2H2O ----->   RCOOH  +  Cu2O  +  4H
6.         Reaksi Seliwanoff
Percobaan keempat yaitu reaksi Seliwanoff dengan dasar reaksi ialah pembentukan 4-hidroksimetil furfural yang bereaksi dengan resorsinol (1,3-dihidroksi benzen) membentuk suatu senyawa berwarna merah-kejinggaan. Reaksi ini spesifik untuk ketosa. Percobaan ini dilakukan pada glukosa, laktosa, dan sukrosa.  Dari tabel 4 terlihat bahwa reaksi positif terjadi pada sukrosa karena sukrosa termasuk golongan ketosa. Sedangkan pada glukosa didapatkan hasil negatif karena glukosa termasuk golongan aldosa. 1
Uji seliwanoff spesifik untuk karbohidrat yang memiliki gugus ketosa, misalnya fruktosa dan sukrosa. Di dalam reaksi seliwanoff terdapat pereaksi HCl dan resorcinol. Ketika zat yang diuji dipanaskan, heksosa akan berubah menjadi senyawa metilhidroksifurfural yang mana jika bereaksi dengan resorcinol akan memberikan warna merah seperti anggur. Untuk monosakarida lainnya ( dalam konsentrasi yang sama ) reaksi seliwanoff akan memberikan warna merah anggur dalam waktu yang lebih lama.1
Reaksi seliwanoff pada praktikum, memberikan reaksi positif untuk fruktosa dan sukrosa, sedangkan untuk glukosa dan cairan infus reaksinya negatif. Hal ini disebabkan karena fruktosa dan sukrosa mengandung gugus keton, sedangkan glukosa tidak mengandung gugus keton tapi gugus aldehid. Cairan infus dan glukosa memberikan reaksi yang sama, yaitu negatif. Artinya, cairan infus tersebut sama-sama bukan golongan ketosa, tetapi aldosa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cairan infus tersebut memang mengandung glukosa di dalamnya.
Karbohidrat adalah senyawa polihidroksialdehid atau polihidroksiketon dan senyawa-senyawa  yang jika dihidrolisis akan menghasilkan polihidroksi tersebut. 12,3
Karbohidrat di alam terdapat dalam jumlah yang besar, terutama dalam tumbuh-tumbuhan, berkisar antara 60-90% dari bahan padatnya. Kegunaannya sangat luas dan meliputi berbagai bidang, antara lain berbagai bahan pangan, sandang, bahan untuk keperluan kesehatan dan obat-obatan. Pati, rayon, serat, kapas dan bermacam-macam gula adalah tergolong senyawaan karbohidrat.1
Senyawa karbohidrat sangat banyak jenisnya, mulai dari jenis yang molekulnya paling sederhana sampai jenis yang molekulnya kompleks dengan berat molekul (massa molekul relatif) puluhan atau ratusan ribu. Karbohidrat yang molekulnya paling sederhana juga ada beberapa jenisnya. Kelompok karbohidrat yang sederhana disebut dengan monosakarida. Monosalarida merupakan satuan dasar pembentuk jenis karbohidrat lainnya yang lebih kompleks, yang oleh tumbuhan disintesis dengan proses reaksi kategori kondensasi sehingga memungkinkan terjadinya ikatan berantai membentuk polimernya. Kebalikan dari reaksi kondensasi, dalam hal ini adalah reaksi hidrolisis, membentuk molekul-molekul monomernya (monosakarida).1
Glukosa merupakan produk akhir metabolisme karbohidrat yang terpenting. Dalam bentuk glukosa lah, massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosa lah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosa lah semua bentuk karbohidrat lain di dalam tubuh dapat dibentuk. 4
Di samping sebagai sumber energi utama yang digunakan untuk aktivitas fisiologis, karbohidrat juga ikut berperan sebagai penyusun senyawa atau komponen biomolekul yang nantinya berperan sebagai komponen dari sel maupun berbagai jaringan tubuh.
Glukosa tidak mengalami pencernaan sehingga dapat diberikan secara langsung melalui pembuluh darah.1 Kadar normal glukosa darah 100 mg% ( 1mg/ml ) dengan variasi 80-140 mg%. Glukosa yang berlebihan jumlahnya dalam tubuh dapat dikeluarkan lewat urine sehingga menimbulkan gejala glukosuria yaitu adanya glukosa dalam jumlah abnormal tinggi. Sebenarnya dalam urine normal juga mengandung glukosa, tetapi kadarnya sangat kecil yaitu 150-250 mg/d. Glukosa dalam keadaan yang kekurangan ( di bawah normal ) juga dapat menyebabkan gangguan sistem biologis tubuh kita. Salah satunya adalah hipoglikemia, yaitu keadaan dimana konsentrasi glukosa dalam darah berkurang secara abnormal. Hipoglikemia dapat menimbulkan gemetar, keringat dingin, piloereksi, hipotermia, dan sakit kepala. Apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat.4
Disakarida adalah glikosida yang alkoholnya merupakan satu molekul monosakarida.1
Maltosa adalah disakarida turunan dari hidrolisis parsial dari pati. Gula yang paling dikenal adalah gula pasir atau sukrosa. Sukrosa diperoleh dari atau getah beberapa tanaman seperti tebu, bit dan pohon maple. Molekul sukrossa ialah disakarida yang terdiri dari α-D-glukosa dan β-D-fruktosa. 1
Berdasarkan strukturnya, hubungan antara glukosa dan fruktosa dalam sukrosa tidaklah lazim diantara kelompok gula, karena ada hubungan itu mengakibatkan kedua jenis gula karena hubungan itu mengakibatkan kedua jenis gula menjadi glikosida. Hidrolisis sukrosa oleh asam atau enzim menghasilkan gula invert, yaitu campuran glukosa dan fruktosa dengan jumlah mol yang sama.
Madu adalah sumber alam yang kaya akan gula invert. Gula invert juga diproduksi secara niaga dan digunakan sebagai pemanis dalam bentuk nonkristal. Manisnya gula invert dan gula pasir hampir sama, karena glukosa kurang manis, tetapi fruktosa lebih manis dibanding sukrosa. Sebagai bahan pangan, sukrosa bernilai kalori tinggi.1
Laktosa atau gula susu, menyusun 5% dari susu sapi dan 7% dari air susu ibu. Laktosa murni diperoleh dari whey (beningan sebagai hasil ikutan produksi keju). Laktosa tersusun atas satu molekul D-galaktosa dan satu D-glukosa. Ikatan glikosida diantara gula melibatkan karbon anometrik dari galaktosa, karena itu laktosa berupa suatu galaktosida, bukan glukosida. Ikatan glikosida di antara bagian D-galaktosa dan D-glukosa dari laktosa dapat diputus oleh anzim laktase. 2
Kekurangan laktase sering dijumpai pada bayi keturunan bangsa arab, bangsa timur, dan Afrika. Orang Eropa secara statistik tidak mengalami kekurangan. Penderita kekurangan laktase bila mencerna laktosa akan mengalami kejang perut, pembentukan gas perut dan mencret. Mengganti susuibu dengan susu sapi sapat menyebabkan gejala ini pada bayi. Kekurangan laktaase biasanya lebih mempengaruhi orang dewasa dibanding anak-anak karena produksi laktase menurun seiring dengan bertambahnya usia.1,2
Gula dapat dibedakan menjadi gula pereduksi dan bukan pereduksi berdasarkan reaksinya terhadap Pereaksi Benedict, Tollens dan Fehling. Apabila gula bisa dioksidasi oleh pereaksi ini, maka gula tersebut termasuk gula pereduksi, begitu pula sebaliknya. 1
Hemiasetal dan hemiketal teroksidasi oleh pereaksi Benedict dan Tollens. Banyak gula yang bersifat sama terhadap pereaksi Benedict dan Tollens, seperti aldehida sederhana atau α-hidroksi keton. Jadi, gula seperti D-glukosa dan D-fruktosa menghasilkan warna merah bata dengan pereaksi Benedic, dengan pereaksi cermin memberikan warna cermin perak. Pereaksi lebih bagus dibanding pereaksi Fehling, digunakan untuk menguji adanya glukosa dalam air seni penderita diabetes. Uji glukosa yang positif (lebih dari 2% glukosa dalam air seni) dinyatakan dari produksi endapan perak atau larutan merah. Pada konsentrasi gula yang rendah, larutan uji yang biru berubah menjadi hijau atau kuning. Gula pereduksi memberikan uji positif dengan pereaksi Benedict dan Tollens. Gula nonpereduksi adalah gula yang tidak memberikan uji positif. Uji positif diperoleh apabila gula yang terbentuk hemiasetal dan hemiketalnya berada dalam kesetimbangan dengan bentuk aldehida. Semua gula yang berbentuk asetal atau ketal (baik disebabkan oleh pembentukan eter dari gugus hidroksi hemiasetal dengan alkohol biasa atau pembentukan ikatan glikosida) bersifat  nonpereduksi.
Uji Benedict dan Tollens untuk karbohidrat berlaku bagi gula sederhana. Polisakarida seperti amilosa seharusnya adalah gula pereduksi, karena bentuk hemiasetal pada unit rantai polisakarida terlalu panjang, jumlah gugus ujung dalam suatu contoh nisbi sedikit sehingga kepositifan uji Benedict atau Tollens tidak kentara. Jadi, polisakarida besar seperti pati atau selulosa pada umumnya bukan gula pereduksi.2,3, 4
Gula sederhana yang dinamakan monosakarida adalah polihidroksi aldehida (aldosa) atau keton (ketosa). Semua gula memppnyai paling sedikit satu karbon asimetris. Segi penting dalam kimia adalah stereokimia, yaitu yang berkaitan dengan kedudukan gugus suatu senyawa di dalam ruang. Untuk senyawa yang mengandung satu karbon asimetri ada sepasang stereoisomer. 2
Gula sederhana sering berhubungan dengan gula lain melalui ikatan glikosida, membentuk disakarida trisakarida dan seterusnya. Polisakarida adalah gugus gula yang mempunyai banyak unit monosakarida. 2
Pati ialah polimer glukosa dalam tumbuhan. Salah satu bentuk yang polimernya linier ialah amilosa, lainnya berupa polimer bercabang yang disebut amilopektin. Glikogen adalah bentuk pati dalam hewan, lebih bercabang dibanding amilopektin. 2
Selulosa adalah polimer lurus dari glukosa, dibanding pati, selulosa lebih tahan terhadap hidrolisis. Banyak polimer dari monosakarida lainnya dijumpai di alam dengan berbagai fungsinya, dari pembentukan kulit keras pada kepiting (kitin0 sampai antikoagulan darah (heparin). Gula pereduksi memberikan hasil positif berbentuk endapan merah dengan pereaksi Benedict sedangkan dengan pereaksi Tollens memberikan cermin perak. 1
Amilum deisebut juga dengan pati. Sumber amilum adalah berasal dari tumbuhan yang mengandung klorofil. Sintesis amilum oleh tumbuhan dengan bantuan klorofil dikenal sebagai reaksi fotosintesis. Amilum terdapat hampir di semua bagian tumbuhan sebagai bahan makanan cadangan. Biasanya terkumpul paling banyak pada tempat-tempat tertentu dari tumbuh-tumbuhan, misalnya pada umbi akar (beras, gandum, jagung), pada batang pohon (sagu) dan bercampur dengan zat-zat lain pada buah-buahan. Kebanyakan amilum terdapat sebagai bahan makanan cadangan pada tumbuhan dalam bentuk granula (butiran) yang spesifik dari masing-masing sumbernya. Amilum merupakan kumpulan dua jenis polisakarida yang kemudian diberi nama amilosa dan amilopektin. 1
Karbohidrat sebagai bahan makanan cadangan (sumber energi) pada hewan adalah sekumpulan polisakarida yang diberi nama glikogen. Polisakarida ini ditemukan terutama dalam hepar (1,5 – 4,0%) dan otot (0,5 – 1,0%). Struktur molekul polisakarida yang tergabung dalam glikogen adalah mirip mirip dengan amilopektin. Bedanya molekul yang termasuk glikogen adalah lebih besar (BM 1 – 4 juta) dan lebih banyak mengandung rantai cabang (20 – 30 cabang) dari amilopektin. 1
Glikogen relatif lebih mudah larut dalam air daripada amilum, disa,ping ada bagian yang membentuk dispersi koloid. Dengan iodin, glikogen akan berwarna merah – coklat. Hidrolisis glikogen dalam larutan asam akan menghasilkan glukosa tanpa sisa. Sedangkan untuk penguraian glikogen dalam tubuh sampai menghasilkan glukosa diperlukan beberapa jenis enzim. 2
Polisakarida-polisakarida yang dikenal tergolong sebagai selulosa banyak ditemukan dalam dunia tmbuhan sebagai penunjang struktur, pembangun kerangka dan pembentuk dinding sel tumbuhan bersama zat-zat lain. Dalam ukuran kering, daun-daunan megandung kira-kira 15% selulosa, pada kayuan terdapat 50%, dan kapas hampir seluruhnya selulosa. 2,3
Persentase kalori dari karbohidrat sama banyaknya dengan jumlah dari karbohidrat itu sendiri dan glisemik load, setara pula dengan jumlah dari kolesterol total di dalam tubuh, LDL-C dan HDL-C. Persentase dari kalori di dalam karbohidrat relative tinggi jika dibandingkan dengan level dari HDL-C. GL mempunyai asosiasi positif dari kolesterol total di dalam tubuh dan level atau tingkatan dari LDL. Kemudian hal tersebut juga merupakan jumlah asosiasi antara persentase dari kalori di dalam molekul karbohidrat dan level atau tingkatan dari HDL-C. Derivate dari triasilgliserol dan level dari serum HDL-C decrease diketahui dapat menimbulkan beberapa faktor resiko bagi tubuh. Beberapa di antaranya adalah sindrom metabolisme (methabolisme syndrome) dan penyakit diabetes militus.
Hubungan antara makana yang sangat banyak mengandung karbohidrat beserta serum lemak terjadi dikarenakan oleh rekombinasi diateri yang lebih mudah diterima oleh makanan jika dibandingkan dengan nutrient.
Korelasi atau hubungan makanan ber-FFQ atau makanan yang mengandung kalori dengan asupan karbohidrat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok makanan berkarbohidrat.Kelompok yang pertama adalah makanan yang termasuk ke dalam golongan roti (white bread), kentang, nasi,permen, coklat, chips, dan creakers. Dan minuman-minuman yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah minuman ringan atau minuman dalam kemasan kaleng dan jus buah. Sedangkan yang termasuk dalan kelompok yang kedua adalah makanan-makanan atau minuman-minuman lain yang juga mengandung karbohidrat dengan jumlah relative sedikit.
Kelebihan asupan karbohidrat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Konsumsi yang berlebih terhadap makanan yang mengandung banyak pereduksi LCHF mempunyai efek atau pengaruh yang besar terhadap kondisi psikologi atau kejiwaan, serta dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti obesitas atau kegemukan.

PENUTUP
A.        SIMPULAN
Pada praktikum dengan metode kasus kali ini, didapat simpulan mengenai kandungan cairan infus tersebut melalui beberapa langkah sebagai berikut :
1.   Dilakukan uji reaksi Molisch untuk mengetahui apakah cairan infus tersebut mengandung karbohidrat secara umum. Dan menurut percobaan yang dilakukan cairan infus tersebut positif terhadap reaksi Molish, artinya cairan infus tersebut mengandung karbohidrat.
2.    Kemudian untuk mengetahui lebih spesifik apakah karbohidrat yang dikandung merupakan monosakarida atau disakarida , dilakukan ujinreaksi Barfoed. Namun pada praktikumkali ini uji reaksi Barfoed tidak dapat dilaksanakan.
3.      Selanjutnya untuk mengetahui apakah kandungan infus tersebut adalah gula pereduksi atau bukan, maka dilakukan uji Bennedict dan uji Tollens, menurut percobaan yang dilakukan cairan tersebut positif terhadap kedua uji tersebut.
4.  Untuk mengetahui jenis gula pereduksi yang dikandung oleh cairan infus tersebut, maka dilakukan uji Selliwanoff. Ternyata cairan infus tersebut negatif terhadap uji Selliwanoff (setelah di uji manjadi berwarna jingga muda), hal itu berarti cairan tersebut tidak mengandung gugus keton/fruktosa, jadi cairan infus tersebut mengandung gugus aldehid/glukosa.
5.      Jadi melalui serangkaian percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa cairan infus tersebut mengandung glukosa.
B.        Saran
Jika dimungkinkan, waktu praktikum harap diperpanjang sesuai dengan banyaknya percobaan yang akan dilakukan.

DAFTAR  PUSTAKA
1.    M. Suwandi, dkk. Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989.
2.      Fessenden Ralph J. and Fessenden Joan S. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta : Binarupa Aksara, 1997.
3.      Wilbraham Antony, C and Matta Michael S. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB, 1992.
4.      Bagian Kimia Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Buku Ajar Kimia Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM, 2009.
5.     Yunsheng Ma, MD, Phd. Association between Carbohydrate Intake and Serum Lipids. Journal of the American College of Nutrition 2006, Vol. 25, No. 2, 155-163.
6.   Anwar T Merchant. Carbohydrate intake and HDL in a multiethnic population. The Journal of the American College of Nutrition 2007; 85: 225-30.
7.     Angela K Halyburton. Low and high-carbohydrate weight-loss diets have similar effects on mood but not cognitive performance. The Journal of the American College of Nutrition 2007; 86: 580-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar