JUDUL PRAKTIKUM
“Penentuan pH Urine”
TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun
tujuan praktikum kali ini antara lain
adalah sebagai berikut:
- menghitung pH urine dengan cara titrasi
- menghitung pH dengan cara kertas lakmus
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah:
- Tabung
ukur
- Statif
- Tabung
buret
- Corong
kaca
- Pipet
tetes
- Gelas
ukur
- kertas
pH
B.
Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah:
- Urine
- Larutan
NaOH 0,1 N
- Indikator
phenophtalein (pp)
C.
Cara Praktikum
- menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
- memasukkan
20ml urine ke dalam tabung ukur.
- menambahkan
4 tetes indikator phenophtalein (pp) ke dalam tabung yang telah di isi
urine sebanyak 20 ml.
- memasukkan
larutan NaOH 0,1 N ke dalam tabung buret dengan menggunakan corong kaca,
larutan NaOH 0,1 N bertindak sebagai titran.
- menitrasi
urine dengan larutan NaOH 0,1 N.
- mengamati
perubahan warna pada urine saat proses titrasi.
- mencatat
bannyaknya larutan NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk menitrasi 20 ml urine.
- mencatat
hasil yang diperoleh dari praktikum.
- membuat
laporan serta kesimpulan dari hasil praktikum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Praktikum
·
Cara Titrasi
Hasil titrasi yang dilakukan
pada 20 ml urine dengan larutan standar NaOH 0.1 N, dengan menggunakan
indikator phenolphtalein adalah sebagai berikut.
Diketahui : V urine = 20 ml
N
NaOH = 0,1 N
V
NaOH = 13 ml
Ditanya : pH
Jawab :
Gr HCl = V
NaOH x 0,1 x 36,5
20
= 13
x 0,1 x 36,5
20
= 47,35
20
=
2,3725 gram
mol = gr/Mr
= 2,3725
/ 36,5
= 0,065
mol
= 0,065/1000
mmol
= 6,5
x 10 -5 mmol
pH = -log (mmol NaOH / 20 ml urine)
= -log ( 6,5 x 10 -5 / 20 )
= -log 3, 25 x 10 -6
= 6 + log 3,25
= 6 + 0,512
= 6,512
Perubahan warna yang terjadi pada saat titrasi adalah dari
urine yang semula berwarna jingga kemudiaan setelah dilakukan proses titrasi
maka warna urine berubah menjadi warna jingga muda yng lebih baik.
·
Cara Kertas Lakmus (kertas pH)
Cara mengukur pH dengan kertas
pH adalah dengan cara mencelupkan kertas pH ke dalam urine dan melihat warna
yang ada pada kertas pH..
Warna kertas lakmus (kertas pH) setelah dicelupkan
ke urine adalah warna jingga yang menunjukkan pH urine adalah 7.
B.
Pembahasan
Konsep keasaman dan kebasaan
dalam kimia sangat beragam sehingga asam dan basa didefinisikan berulang kali
dengan berbagai cara. Salah satu definisi yang mungkin paling tua sangatlah
sempit karena hanya meliputi air sebagai pelarut. Menurut definisi tersebut
asam dan basa adalah masing-masing sumber H+ dan OH-.
Asam basa pada dasarnya telah
dikenal sejak lama, misalnya asam klorida dalam getah pencernaan di lambung,
asam asetat sebagai asam penyusun dalam cuka, asam karbonat yang memberi rasa
segar dalam minuman berkarbonat, dan asam sitrat yang dikandung berbagai jeruk.
Banyak orang mengenal bau rangsang kuat dari senyawa amonia (merupakan senyawa
basa) seperti halnya urine.
Teori Asam Basa
Air murni tidak mempunyai
rasa, bau, dan warna. Bila mengandung
zat tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air
yang mengandung zat lain dapat pula
menjadi berwarna.
Sifat asam dan basa larutan
tidak hanya terlarut dalam air, tetapi juga dalam larutan lain seperti amoniak,
eter, dan benzena. Akibatnya, cukup sulit mengetahui sifat asam dan basa
larutan yang sesungguhnya.
Definisi Arrhenius.
Asam : H+
Basa : OH-
Asam adalah senyawa yang melepaskan H+ dalam air dan basa adalah yang melepaskan OH-
Pada tahun 1884, Swante August
Arrhenius menyatakan bahwa sifat asam dan basa suatu zat ditentukan oleh jenis
ion yang dihasilkan dalam air. Asam adalah senyawa yang melepaskan H+
dalam air sedangkan basa adalah senyawa yang melepaskan OH- dalam air.
Secara kimia dapat dinyatakan:
Asam : HA + aq H+ (aq) + A-
(aq)
Basa : BOH + aq B+ (aq) + OH-
Molekul asam yang melepaskan
satu, dua, dan tiga proton (H+ ) di sebut asam monoprotik, diprotik
dan triprotik.
Contoh asam monoprotik adalah seperti HF, HCl, HBr dan HI.
Contoh asam diprotik adalah seperti H2SO4, H2SO3, dan
H2CO3.
Contoh asam triprotik adalah
seperti H3PO4.
Definisi Bronsted- Lowry
Asam : donor H+
Basa : akseptor H+
Asam adalah senyawa atau partikel yang memberikan proton (H+) kepada
senyawa atau partikel lain. Basa adalh senyawa atau partikel yang dapat
menerima proton (H+) dari asam.
Pada tahun 1923, J. N.
Bronsted di Denmark dan T. M Lowry di Inggris secara terpisah melihat reaksi
asam dan bas, baik dengan pelarut maupun tanpa pelarut. Teori ini disebut
dengan teori asam basa Bronsted-Lowry. Menurut teori ini asam adalah senyawa
atau partikel yang dapat memberikan proton (H+ ) kepada senyawa atau
partikel lain. Sedangkan basa adalah senyawa atau partikel yang dapat menerima
proton (H+ ) dari asam.
Dalam air, setiap zat yang
meninggikan konsentrasi proton terhidrasi (H3O+) yang disebabkan oleh
otodisosiasi air adalah asam, dan setiap zat yang menurunkan konsentrasi
tersebut adalah basa, karena itu ion
tersebut bergabung dengan proton mengurangi konsentrasi H3O+. Namun zat
lain seperti sulfida, oksida, atau anion asam lemah (F, CN) juga basa.
Teori Lewis.
basa Asam Konjugat
NH3 +
HCl NH4 +
Cl-
Asam Basa
Konjugat
Asam Basa
Konjugat
HClO2
+ H2O H3O +
ClO2-
Basa Asam
Konjugat
Asam adalh suatu partikel yang dapat menerima pasngan elektron dati
partikel lain untuk membentuk ikatan kovalen koodinasi. Sedangkan basa adalah
suatu partikel yang dapat memberikan pasangan elektron kepada partikel lain untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Salah satu definisi yang
paling umum dan paling berguna adalah definisi yang diusulkan oleh G. N. Lewis,
yang mendefinisikan asam sebagai akseptor pasangan atau partikel yang dapat
menerima pasangan elektron dari partikel lain untuk membentuk ikatan
koordinasi, sedangkan basa adalah sebagai donor pasangan elektron tersebut atau
partikel yang dapatmemberikan pasangan elektron dari partikel lain untuk
membentuk ikatan kovalen koordinasi.
Definisi ini mencakup definisi
dari Bronsted – Lowry sebagai kasus khusus karena proton dapat dianggap sebagai
akseptor pasangan elektron, dan basa sebagai donor pasangan elektron, misalnya
H+ + :OH- = H :OH
Pada atom donor atau akseptor,
kebasaaan atau keasaman sangat dipengaruhi oleh jenis subsitusi dapat bersifat elektronik atau sterik.
Menurut Lewis semua ligan yang
biasa digunakan dapat dipandang sebagai basa, dan semua ion logam berasal dari
basa. Derajat pengikatan ion logam terhadap ligan untuk terikat kepada ion
logam dapat dianggap sebagai ukuran kebebasan Lewisnya.
Kekuatan asam dan basa menurut
Lewis tidak merupakan sifat yang tetap dan inhern dari spesies yang dibahas,
tetapi agak bervariasi sesuai dengan pasangannya. Jadi urutan kekuatan basa
dari sederet basa Lewis dapat berubah bila jenis asam yang bisa bereaksi dengan
basa tersebut berubah.
Definisi Lux dan Flood.
Lux dan Flood berpendapat
bahwa asam didefinisikan sebagai donor ion oksida dan basa sebagai akseptor ion
oksida. Konsep Lux – Flood sangat berguna dalam pengelolaan sistem anhidrat
pada suhu tinggi seperti dijumpai pada keramik dan metalurgi. Konsep ini
hubungannya terbalik dengan kimia dari sistem air dari asam-basa., karena asam
adalah oksida yang bereaksi dengan air yang menghasilkan basa, sedangkan basa
adlah anhidrid dari asam dalam air.
pH Larutan Asam dan Basa
Asam 7 Basa
pH larutan merupakan parameter
yang digunakan untuk menunjukkan tingkat keasaman maupun kebasaan suatu
larutan.
Jika larutan mengandung asam,
berarti menambah jumlah H+ dan akan menggeser kesetimbangan ke kiri
sampai tercapai kesetimbangan baru. Pada kesetimbangan baru, konsentrasi H+
lebih besar daripada OH- , tetapi perkaliannya tetap 10-14 . hal yang sama akan terjadi bila air ditambah
basa sehingga dicapai kesetimbangan baru dengan nilai OH- lebih
besar H+ dan perkaliaannya tetap10-14 .
Berdasarkan konsentrasi ion
tersebut, larutan dapat dibagi tiga, yaitu:
Larutan asam : [H+] > [OH-]
Larutan netral : [H+] = [OH-] = 10-7
Larutan basa : [H+] < [OH-]
Kesetimbangan Asam Basa dalam Tubuh
Dalam keadaan normal pH dari
cairan tubuh termasuk darah kita adalah antara 7,35 sampai 7,5 . walaupun
sejumlah besar ion H+ selalu
ada sebagai hasil metabolisme dari zat-zat tetapi keadaan setimbang harus
selalu dipertahankan dengan jalan membuang kelebihan asam tersebut, sebab
penurunan pH sedikit saja menunjukkan keadaan sakit misalnya pada diabetek
coma, dimana pH darah turun sampai 6,82, sehingga harus selalu ada
kesetimbangan asam basa dalm tubuh kita. Untuk ini maka tubuh kita mempunyai :
1.
sistem
buffer untuk mempertahankan pH tubuh agar tetap normal
2.
sistem
pernapasan. Dengan mengatur pengeluaran CO2 melalui pernapasan, jadi juga
memngatur konsentrasi H2CO3 dalam tubuh
3.
ginjal.
Mengatur kelebihan asam dan basa melalui ginjal.
Keasaman (acidity) dari suatu larutan ada dua
macam:
1.
Keasaman
yang sebenarnya (true acidity) ini menentukan konsentrasi ion H+ dalam
larutan. jadi pH larutan menenrukan keasaman sebenarnya.
2.
Keasaman
potensial (potential acidity). Ini bukan ditentukan oleh konsentrasi ion H+
tapi hanya oleh jumlah iion hidrogen yang dapat diganti oleh ion
hidroksil. Jadi, keasaman potensial ini dapat ditentukan dengan cara
netralisaasi oleh suatu basa (titrasi).
Kekuatan dari Asam dan Basa
Kekuatan asam dan basa tergantung
kepada kemampuan ionisasi dari kedua elektrolit tersebut. Basa terbentuk darri
ion positif logam dan ion negatif OH-.
Salah satu manfaat titrasi
urin adalah dapat digunakan untuk mengtahui kandungan obat-obatan yang dikonsumsi.
Proses dari tes kandungan urin itu sendiri sangatlah kompleks dan dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya adalah metodologi tes, pamakokinetik dan
lain-lain. Hal-hal tersebut sangat pentingdalam proses tes kandungan urin.
pH urin adalah batasan yang
mendasar untuk mengetahui kadar asam dalam urin. pH urin asam yang dicurigai
mengindikasikan adanya penyakit kencing batu adalah dari 5,44-5,02 dengan
subjek kontrol 6,16-5,64. Untuk orang dewaasa terapi yang tepat untuk
mengatasinya adalah dengan alkalinisasi urin menggunakan potasum sitrat.
Faktanya, kelebihan kandungan
asam dalam urin adalah salah satu indikator kuat adanya penyakit kencing batu
ataupun penyakit-penyakit lain, misalnya diabetes millitus(DM).
Resiko utama orang dengan
nephrolitik asam urin adalah diabetes dengan pH urin yang rendah. Tingginya
berat badan dan asupan asam yang banyak menyebabkan kontribusi yang tidak baik
bagi pasien diabetes dengan pH urin rendah tersebut. Nephrolitik asam urin itu
sendiri didistribusi atau disebabkan adanya resistansi insulin di dalam tubuh
yang menyebabkan obesitas (kegemukan) pada anak-anak.
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil percobaan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Penentuan pH urin dengan metode titrasi
ataupun dengan menggunakan kertas lakmus adalah salah satu cara untuk
mengetahui nilai pH di dalam tubuh.
2. Kesetimbangan pH di dalam tubuh berkisar
diantara 7,35 sampai 7,50.
3. Pada pengujian urin dengan menggunakan
kertas lakmus, didapatkan pH 7, sesuai dengan warna yang dihasilkan kertas
lakmus sesudah dicelupkan ke dalam sampel urin.
4. Jika terjadi kekurangan atau kelebihan
nilai pH dibandingkan pH dalam keadaan setimbang, maka dapat diidentifikasi
bahwa tubuh mengalami suatu gangguan.
B.
Saran
Dengan adanya lebih dari satu sampel
urin yang diuji dalam suatu kelompok, maka praktikan akan dapat membandingkan
pH dari masing-masing sampel urin tersebut. Jika terjadi perbedaan nilai
pH-nya, maka hal tersebut dapat dijadikan dasar untuk menentukan atau
menyimpulkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai pH urin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cameron
Mary Ann, Baker Linda A, Maalouf Naim Manstley Chris M, Moe Orson W and
Khashayar Sakhaee. Circadion Variation in
Urine pH and Uric Acid Nephrolithiasis Risk. 2007 ; 22 ; 378.
2. Cameron
Mary Ann, Maalouf Naim M, Adams-Huet Beverley, Orson W. Moe and Khashayar
Sakhaee. Urine Composition in Type 2
Diabetes : Predisposition to Uric Acid Nephrolithiasis. 2006 ; 17 ; 1422.
3. Maalouf
Naim M, Cameron Mary Ann, Moe Orson W, Adams-Huets Beverley, and Khashayar
Sakhaee. Low Urine pH : A Novel Feutur of
the Metabolic Syndrome. 2007 ; 2 ; 883.
4.
Jaffe
William B, Elisa Trucco, et all. Ensuring
Validity in Urine Drug Testing. 2008 ; 59 (2) ; 142.
5.
Cotton,
Geifferey Albert Wilkinson. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. Jakarta : UI.
6. Ralph,
H Petrucci Suminar. 1987. Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
7.
Sukmariah,
M dan A, Kamianti. 1990. Kimia Kedokteran
Edisi 2. Jakarta : Binarupa Aksara.
8.
Syukri,
S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung :
ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar